"Sudah!" teriakan Tuan Arogan membahana, "Kau tak usah banyak cakap! Pikirkan saja nasib istrimu di belakang sana!" Telunjuknya menuding ke arah pintu yang menembus dapur dan area servis. Jelas menyatakan sebuah ancaman!
Pria sederhana di hadapannya itu hanya tertunduk semakin dalam.
"Dengar!" suara Tuan Arogan menurun tanpa kehilangan nada ancaman. "Tanggal 15 nanti kau angkut balok-balok itu sampai ujung desa. Pastikan fuso kau cukup minyak untuk pergi-pulang!"
Mendengar instruksi si juragan pada bawahannya itu sontak aku meradang  Rasanya aku ingin beranjak dari tempatku dan meninju muka penjahat berkedok pejabat itu. Bukan hanya untuk membela pria lemah yang ternyata supir truk fuso itu, tetapi aku benar-benar muak dengan seluruh detail rencananya.
Sialnya, kaki-kakiku tetap saja terpaku seolah tertanam sangat dalam di lantai marmer ruang bundar ini! Pria sederhana itu pun melangkah keluar dengan lunglai tanpa mengetahui niat baikku.
Tak berapa lama kemudian, kudengar Tuan Arogan berbicara lewat ponsel dengan seseorang yang dipanggilnya 'mandor'. Aku pun segera menguping.
"Kemarin sudah kubeli dua sinso baru. Cepat kau cari tukang cincang!" katanya.
Aku yakin orang di ujung telepon itu pastilah si mandor lapangan, pengatur eksekusi penebangan. Bila kalian kurang paham, biar kuberi tahu! Sinso merupakan kata populer untuk chainsaw atau gergaji tangan elektrik. Sementara tukang cincang adalah julukan untuk operator sinso. Nah, kuharap kalian mulai mengerti arah pembicaraanku!
Sepertinya jawaban si mandor sangat memuaskan karena kudengar tawa renyah Tuan Arogan bergaung ke dinding-dinding ruang bundar. Dengan satu kata sepakat, dia pun menyudahi percakapan.
Tak lebih dari satu detik, kudengar dia sudah membuka percakapan baru. Kali ini dengan gaya bicara berbeda, bak seorang komandan peleton.
"Dengar! Tanggal 15 nanti, amankan operasi di koordinat yang kemarin telah kita sepakati!" perintahnya sangat jelas.