Pada hari ketiga Matahari muncul. Matahari melihat Bunga Mawar terkulai lemas tak berdaya.
"Mengapa kamu terlihat lemas dan menangis Bunga?" tanya Matahari.
"Oh... Paman Matahari ke mana saja? Ke mana pula Paman Hujan, kenapa tidak turun menyiramiku? Sudah dua hari aku tidak makan dan minum. Ranting tidak mengantar makanan untukku. Sepertinya Daun juga tidak memasak. Aku sudah lemas, wajahku jadi kusut dan jelek!" Bunga mengadu.
"Kenapa kamu tidak mencari bahan makanan dari dalam tanah?"
"Bagaimana caranya? Aku ini berada sangat jauh dari tanah," jawab Bunga sedih.
"Kenapa kamu tidak memasak makananmu sendiri?" tanya Matahari lagi.
"Ak... aku... tidak bisa!" Bunga tertunduk malu.
"Lho, Paman dengar kamulah yang terpenting dan paling berjasa bagi sebatang pohon mawar. Ternyata banyak hal tak bisa kamu lakukan, bahkan untuk menyediakan makananmu sendiri."
Bunga tertunduk semakin dalam.
"Benarkah Akar, Batang, Daun, Ranting dan Duri tidak berguna?" tanya Matahari lagi.
"Sekarang aku sadar, aku tak bisa hidup tanpa mereka Paman. Wajahku jadi tampak buruk dan orang-orang tidak mau melihatku lagi. Aku menyesal," kata Bunga seraya menangis sedih.