Semua menyetujui usul Daun. Sebelum Bunga terbangun, mereka segera berteriak memanggil Matahari. Daun berbicara mewakili teman-temannya.
"Paman Matahari, kami semua kesal pada Bunga! Dia menganggap kami tidak berguna. Dia merasa paling penting dan paling berguna di antara kami semua." kata Daun.
"Aku yang menjaganya setiap hari juga tidak dianggap apa-apa," kata Duri tak mau kalah.
Matahari berdeham lalu bertanya kepada mereka, "Jadi, kalian ini ingin dianggap lebih penting dan lebih berjasa?"
"Bukankah kami memang berjasa?" tanya mereka berbarengan.
"Apakah kalian juga melupakan jasa pihak-pihak lain? Tanah menyediakan bahan makanan, Hujan memberi air, dan sinarku membantu Daun memasak," Matahari berkata bijak.
"Maaf Paman Matahari, maksud kami bukan begitu. Kami tak pernah lupa jasa-jasa kalian. Tanpa Tanah dan Hujan, Akar akan kesulitan mencari air dan bahan makanan. Tanpa sinarmu Daun pun tidak dapat memasak makanan," kata Ranting pelan sambil menunduk.
"Benar, kami hanya tidak suka Bunga bersikap angkuh seperti itu. Dia bahkan berkata, kalau tanpa dirinya sebatang pohon mawar itu tidak berarti apa-apa."
"Kami ingin memberi pelajaran agar dia sadar bahwa tidak mungkin hidup sendiri. Maukah Paman membantu rencana kami?" bisik Daun seperti takut terdengar Bunga.
"Kalau maksud kalian baik, tentu akan kubantu. Tapi benarkah semua rencana kalian ini untuk menyadarkan Bunga?" tanya Matahari sekali lagi.
Semua mengganggguk serempak.