Oleh karena itu, penulis harus dapat melihat suatu fenomena dari berbagai sudut pandang, tetapi tidak fanatik dengan satu sudut pandang. Menurut Kang Maman setiap penulis hendaknya juga harus yakin dengan ide yang ditangkap dari sudut pandangnya.
[w]Rite (Menulis 'dengan benar')
Setelah meyakini bahwa sesuatu itu benar maka barulah kita boleh menuliskannya. Namun, perlu dicatat bahwa tidak ada kebenaran bersifat mutlak. Kebenaran sesuai penelitian hari ini belum tentu benar di waktu mendatang. Oleh karena itu, penulis perlu menyatakan sumber-sumber secara valid, dan tulisan juga harus bersifat terbuka. Saya sependapat ketika Kang Maman menyebut pengecualian terkait keyakinan (agama) yang tidak dapat diperdebatkan.Â
Demikian kurang lebih "Formula Rahasia 5W1H++" yang bernas ala seorang Maman Suherman. Oya, ada satu hal lagi yang harus jadi bahan introspeksi penulis/calon penulis terkait teknis penulisan. Penulis/calon penulis hendaknya tidak terlalu sibuk memikirkan hal-hal teknis. Bagaimanapun masalah teknis penulisan cenderung membuat seseorang menjadi ragu atau takut untuk mulai menulis.
Perlu diketahui bahwa nyaris tidak ada penulis yang menghasilkan tulisan sekali jadi. Kang Maman menuturkan bahkan penulis besar sekaliber Garcia penerima Hadiah Pulitzer pun menyebutkan bahwa hal tersulit dalam menulis adalah menuliskan paragraf pertama.
Nah, itulah sebagian ilmu yang sangat menarik perhatian saya. Semoga dapat juga menginspirasi teman-teman dalam keseharian menulis atau ketika mengerjakan tugas penulisan dalam pelajaran atau perkuliahan.
Depok, 7 Agustus 2020
Salam Literasi dari Dwi KlarasariÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI