Mohon tunggu...
Dwi Isnaini
Dwi Isnaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mompreneur yang menyukai dunia tulis menulis

Owner CV Rizki Barokah perusahaan dalam bidang makanan ringan. Penulis buku "Karakter Ayah Pebisnis untuk Sang Anak Gadis"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anger Management

11 Maret 2022   08:55 Diperbarui: 11 Maret 2022   09:00 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buat apa emosi kita terkuras untuk hal-hal yang sudah terlanjur terjadi dan tidak bisa diubah lagi? Lebih baik, simpan energi untuk hal lain yang memang layak dipikirkan. Pikiran 2 adalah Wisdom Mind. Jika kita terus berlatih untuk bereaksi sesuai Pikiran 2, lambat laun kita akan menjadi pribadi yang semakin bijak. Sebaliknya, jika Pikiran 1 yang terus-menerus dipupuk, kita akan membentuk kebiasaan yang melahirkan kebencian.

Kita selalu punya pilihan. Mau jadi orang bijak atau orang yang penuh kebencian?

6. Mencatat self-talk

Self-talk adalah pikiran-pikiran dalam kepala Anda sebelum Anda akhirnya marah, atau sebaliknya tidak marah. Sebagai contoh seorang pria yang marah karena mobilnya disalip pengendara lain. Pasti ada pikiran yang berkecamuk pada pria tersebut?

"Wah, main salip-salip saja. Apa maksudnya, tuh? Memang jalanan punya nenek moyangnya? Dia kira mobil gue enggak bisa ngebut? Dia mau ngeremihin gue? Nih, gue tunjukkin kalo mobil gue juga bisa ngebut!"

Rupanya pria itu egonya tinggi. Hal itu membuat dia takut kalah dan takut diremehkan orang lain. Padahal, apa benar begitu? Jangan-jangan pengendara yang menyalibnya sedang buru-buru. Mungkin dia hampir ketinggalan pesawat atau mungkin istrinya akan melahirkan.

Self-talk biasanya dipenuhi ketakutan. Anda takut ini-itu, padahal belum tentu benar dan belum tentu terjadi. Self-talk juga dipengaruhi oleh memori dan pengalaman masa lalu yang melahirkan persepsi dan asumsi, lalu akhirnya muncul respon.

Misalnya, Anda baru berada di mal. Tiba-tiba Anda mendengar bunyi "DUAAR". Apa yang Anda pikirkan? Mungkin Anda berpikir, "Ah, ada balon pecah kali." Namun, apa yang terjadi jika yang mendengar bunyi "DUAAR" adalah seorang bocah Suriah atau Palestina? Saya yakin dia akan meringkuk atau bersembunyi karena mengira itu ledakan bom. Dalam memorinya, suara duar selalu berarti ledakan bom.

Jadi, Ketika emosi Anda meledak, ambil jeda sejenak. Kemudian ambil ketas dan pulpen. Tuliskan semua self-talk atau pikiran yang memenuhi kepala Anda saat itu.

Setelah dituangkan dikertas, Anda bisa melihat isi kepala Anda dengan jernih. Sebenarnya apa sih yang membuat Anda marah? Jika semua self-talk sudah tercatat dan dibaca berulang-ulang, lakukanlah self-therapy. Tanyakan pada diri sendiri, apakah semua yang Anda catat adalah kebenaran atau sekadar ketakutan? Coba lihat poin per poin, lalu pikirkam baik-baik. Dengan begitu, masalah bisa selesai tanpa drama dan ribut-ribut. Intinya, tenangkan diri, lalu catat self-talk Anda. Setelah dicatat, lakukan self-therapy lalu cari solusinya.

Jika setelah mengerjakan Langkah-langkah diatas, tetapi emosi Anda masih meledak-ledak, tidak apa-apa. Jalani saja prosesnya. Namun, bukan berarti kita berhenti berusaha. Sadarilah, Anda ingin jadi orang bijak atau orang pemarah? Pilihlah yang terbaik, bukan hanya untuk Anda, tetapi juga untuk keluarga terkasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun