Mohon tunggu...
Dwi Isnaini
Dwi Isnaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mompreneur yang menyukai dunia tulis menulis

Owner CV Rizki Barokah perusahaan dalam bidang makanan ringan. Penulis buku "Karakter Ayah Pebisnis untuk Sang Anak Gadis"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anger Management

11 Maret 2022   08:55 Diperbarui: 11 Maret 2022   09:00 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah gejala-gejala akibat marah muncul, inilah tindakan terbaik yang bisa Anda ambil, yaitu diam. Ya, diamlah. Ketika Anda dikuasai emosi, lidah pasti sulit dikendalikan. Besar kemungkinan kata-kata yang meluncur dari mulut pasti kata-kata yang menyakitkan. Cobalah menahan lidah ketika amarah memuncak. Sungguh, hal tersebut bukan persoalan mudah. Namun, ini perlu dilatih dan dibiasakan.

Bagaimana kalau Anda tidak sanggup diam? Jika Anda sedang berdiri, duduklah. Jika sedang duduk, berbaringlah. Jika amarah belum mereda pergilah ke ruangan lain. Misalnya jika Anda sedang duduk di ruang tamu, masuklah ke kamar. Tutup pintu kamar lalu berbaringlah. Tarik nafas panjang,  tahan sejenak, lalu hembuskan perlahan. Setelah berdiam diri selama 7-10 menit, biasanya tensi kita perlahan-lahan akan turun.

3. Istirahat

Perhatikan pola amarah Anda selama ini. Pasti ada "momen-momen sensitive" saat Anda mudah sekali meledak. Salah satunya mungkin saat kelelahan atau bagi kaum wanita "momen sensitif" itu terjadi saat sedang PMS.

Tentu saja wajar bila orang lelah, stress, atau PMS jadi mudah marah. Yang paling penting adalah cari solusinya. Apa yang harus dilakukan? Obatnya hanya satu yaitu beristirahat.

4. Basuh diri

Unsur amarah adalah api. Jadi, padamkan api dengan air, basuhlah wajah Anda. Bila Anda muslim, Anda bisa berwudhu. Jika emosi dalam dada masih membara juga, mandi saja sekalian.

5. Mind in Mind (Pikiran dalam Pikiran)

Otak kita adalah organ yang menakjubkan. Ketika Pikiran 1 berkata, "Aku marah! Aku kesal! Aku mau memukul, menendang, menonjok, membanting barang! Pikiran 2 berkata, "Kenapa aku merasakan semua ini? Kok, bisa, sih? Apa sebenarnya yang membuatku begitu marah?"

Sesungguhnya, kita bisa berdialog antara satu pikiran dengan pikiran lain jika kita peka dan tidak abai. Karena pada umumnya, Pikiran 2 itu selalu ada dan mengingatkan (nasihat kebaikan).

Pernahkah Anda meledak marah kemudian menyesal berkepanjangan? Ledakan amarah adalah reaksi terhadap Pikiran 1, sedangkan perasaan sesal yang timbul belakangan adalah Pikiran 2. Jadi kata-kata kuncinya adalah: Ketika Pikiran 1 bergetar, Pikiran 2 akan datang menginterupsi. Namun, Anda hanya bisa mendengar Pikiran 2 jika Anda diam dan tidak reaktif. Mind in mind harus dilatih agar kita terbiasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun