Mohon tunggu...
Dwi Suryani
Dwi Suryani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Gadis yang menyukai tulisan

Menulis sebagai hobi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indikator yang Memengaruhi Tercapainya Good Corporate Governanve (GCG)

26 Juni 2024   22:38 Diperbarui: 26 Juni 2024   22:38 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indikator yang Mempengaruhi Tercapainya Good Corporate Governance (GCG)

 

Oleh :

Dwi Suryani

Fitri Nur Isnaini

Natanami

Yohana Mutiara Minsi

 

Semua industri atau perusahaan pada dasarnya memiliki motif dan tujuan yang sama yaitu mendapatkan pengakuan konsumen dan masyarakat sehingga perusahaan dapat berlangsung secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Salah satu cara mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengimplentasikan Good Corporate Governance (GCG). Good Corporate Governance merupakan landasan yang vital dalam menjaga integritas dan kredibilitas sebuah perusahaan. Konsep ini melibatkan prinsip-prinsip yang menjamin manajemen yang baik, transparansi, serta perlindungan terhadap kepentingan semua pihak yang terlibat dalam operasi perusahaan.

Good Corporate Governance yaitu suatu sistem untuk merencanakan dan mengendalikan suatu perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi pemegang sahamnya. Dengan bertambahnya berbagai jenis kegiatan usaha yang secara tidak langsung mengupayakan praktik tata kelola perusahaan yang sehat, kondisi eksternal dan internal perusahaan semakin rumit, selain meningkatkan daya saing dan keberlangsungan hidup perusahaan, penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik juga memberikan perlindungan bagi masyarakat.

Pelaksanaan dari Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai pemegang saham dan membantu manajer mengelola pengembalian saham. Namun, penerapan tata kelola perusahaan yang baik masih menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan. Pada tahun 2006, Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Umum, PBI No.8/14 / PBI / 2006, tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Dalam ketentuan BI tersebut ditegaskan bahwa praktik tata kelola perusahaan yang baik di industri perbankan harus mengevaluasi kualitas manajemen bank atas pelaksanaan 5 (lima) prinsip Good Corporate Governance yaitu transparansi (Transparency), akuntabilitas (Accountability), pertanggung jawaban (Responsibility), professional (Independency), dan kewajaran (Fairness).

Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam implementasi Corporate Social Responsibility dapat dilihat sebagai berikut :

  1. Transparancy

Pada prinsip ini perusahaan menjalankan prinsip transparancy dengan menyediakan dan memberikan informasi relevan berdasarkan waktu yang tepat, memadai, jelas, akurat, lengkap, dapat diandalkan, dapat diverifikasi, dapat dibandingkan, serta mudah dipahami.

Accountability.

Pada prinsip akuntabilitas ini perusahaan melakukan kegiatan bisnisnya secara transparan dan wajar dengan dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan masing-masing industri dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan.

  • Responsibility.

Prinsip responsibility yang dilakukan oleh perusahaan yiatu mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

Independency.

Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

  • Fairness.

Dalam prinsip ini perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Tata kelola perusahaan yang baik adalah konsep yang diusulkan demi memajukan kinerja perusahaan melalui pengawasan atau pemantauan kinerja manajemen dan memastikan akuntabilitas manajemen kepada para pemangku kepentingan dengan melandaskan kerangka peraturan. Adanya praktik dasar GCG diharapkan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan mencapai target laba. Mengenai manfaat penerapan GCG salah satunya adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan yang tentunya akan berdampak signifikan terhadap keuntungan perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kepercayaan investor.

Adapun Indikator yang mempengaruhi tercapainya GCG adalah sebagai berikut

  • Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

Kepatuhan terhadap peraturan dan regulasi yang berlaku adalah fondasi utama dalam mencapai GCG yang baik. Ini mencakup tidak hanya mematuhi hukum yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan, tetapi juga aspek-aspek seperti pajak, lingkungan, dan ketenagakerjaan. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban hukumnya secara konsisten dapat membangun reputasi yang baik dan meminimalkan risiko hukum yang dapat merugikan perusahaan.

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai faktor yang membangun kepercayaan. Penting untuk dicatat bahwa:

  • Kepatuhan yang Proaktif: Perusahaan tidak hanya mematuhi secara reaktif, tetapi juga proaktif dalam memahami peraturan baru dan mengantisipasi dampaknya.
  • Penerapan Standar Etika: Selain hukum, perusahaan juga menetapkan standar etika yang lebih tinggi dari yang diharuskan hukum sebagai bagian dari komitmen mereka terhadap GCG.
  • Transparansi dan Keterbukaan Informasi

Transparansi adalah elemen krusial dalam GCG yang memastikan bahwa semua informasi terkait dengan kinerja keuangan, kebijakan, dan pengambilan keputusan perusahaan tersedia dengan jelas bagi semua pemangku kepentingan. Dengan memberikan akses yang transparan terhadap informasi, perusahaan tidak hanya meningkatkan kepercayaan investor dan kreditor, tetapi juga mengurangi potensi terjadinya praktik korupsi dan kecurangan.

Transparansi adalah kunci untuk membangun kepercayaan yang kuat dengan semua pemangku kepentingan. Beberapa aspek yang dapat diperdalam meliputi:

  • Komunikasi Bersistem: Mengembangkan sistem komunikasi yang efektif dan terstruktur untuk memastikan bahwa informasi yang diberikan kepada pemangku kepentingan relevan dan tepat waktu.
  • Laporan Keuangan dan Non-Keuangan: Selain laporan keuangan, juga penting untuk melaporkan kinerja non-keuangan seperti aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kinerja perusahaan.
  • Struktur Organisasi dan Pengawasan yang Efektif

Struktur organisasi yang baik dan sistem pengawasan yang efektif merupakan pilar penting dalam GCG. Hal ini mencakup peran dan tanggung jawab yang jelas dari dewan direksi, komite-komite independen seperti komite audit dan komite remunerasi, serta mekanisme pengendalian internal yang memadai. Penempatan orang-orang yang berkualitas dan memiliki integritas tinggi dalam posisi kunci juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi GCG.

Struktur organisasi yang baik membutuhkan:

  • Kemandirian Komite: Memastikan komite-komite seperti komite audit dan komite remunerasi benar-benar independen untuk menghindari konflik kepentingan.
  • Pengawasan yang Aktif: Mengimplementasikan sistem pengawasan yang tidak hanya terbatas pada kepatuhan, tetapi juga pada pencapaian tujuan jangka panjang perusahaan
  • Kebijakan Pengelolaan Risiko yang Terintegrasi

Manajemen risiko yang efektif merupakan bagian integral dari praktik GCG yang kuat. Perusahaan perlu mengembangkan kebijakan yang jelas untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko yang dihadapi, baik itu risiko operasional, risiko keuangan, maupun risiko reputasi. Dengan mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam strategi bisnis mereka, perusahaan dapat meningkatkan ketahanan mereka terhadap perubahan pasar dan kondisi ekonomi yang tidak terduga.

Manajemen risiko yang efektif meliputi:

  • Evaluasi Risiko Berkelanjutan: Kontinuasi dalam mengevaluasi risiko dan memperbaiki proses manajemen risiko sebagai respons terhadap perubahan kondisi pasar dan lingkungan.
  • Responsibilitas Dalam Rantai Pasokan: Memperluas manajemen risiko untuk mencakup rantai pasokan agar mengurangi kerentanan terhadap risiko eksternal.
  • Budaya Perusahaan yang Etis dan Berintegritas

Budaya organisasi yang mendorong prinsip-prinsip etika dan integritas merupakan landasan yang kuat bagi penerapan GCG. Perusahaan yang mempromosikan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab sosial, dan keterbukaan dalam setiap aspek operasionalnya cenderung lebih mampu menjaga kepatuhan terhadap praktik GCG yang diharapkan.

Untuk memperdalam budaya perusahaan yang etis:

  • Pelatihan dan Pendidikan Karyawan: Mengembangkan program pelatihan yang fokus pada etika dan integritas untuk membangun kesadaran dan komitmen di seluruh organisasi.
  • Mendukung Keadilan: Memastikan bahwa kebijakan dan praktik perusahaan berfokus pada keadilan dan kesetaraan sebagai bagian dari nilai-nilai yang dianut.

            Bank Central Asia (BCA) adalah salah satu institusi keuangan terbesar di Indonesia yang telah menunjukkan komitmen kuat terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG). Implementasi GCG di BCA dapat dikaitkan dengan berbagai indikator yang mempengaruhi keberhasilannya, sebagaimana dibahas sebelumnya. Berikut adalah analisis terkait indikator GCG dan pencapaian BCA:

  • Transparansi dan Keterbukaan Informasi

            BCA secara konsisten menyajikan laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu, yang diaudit oleh auditor independen. Laporan keuangan BCA diakui sebagai salah satu yang paling transparan di sektor perbankan Indonesia.

            BCA secara rutin mengungkapkan informasi material kepada publik, termasuk melalui laporan tahunan dan publikasi di situs web perusahaan, sehingga pemangku kepentingan dapat mengakses informasi penting tentang perusahaan.

  • Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal

            BCA memiliki sistem manajemen risiko yang komprehensif untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola berbagai risiko, termasuk risiko kredit, operasional, dan pasar. Ini membantu BCA dalam menjaga stabilitas dan keandalannya.

            BCA menerapkan pengendalian internal yang kuat, termasuk melalui audit internal yang independen, untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur perusahaan serta mencegah terjadinya fraud.

  • Etika dan Kepatuhan

            BCA memiliki kode etik yang jelas yang harus dipatuhi oleh semua karyawan dan manajemen. Sosialisasi kode etik dilakukan secara rutin untuk memastikan seluruh anggota organisasi memahami dan mematuhi standar etika perusahaan.

            BCA memiliki mekanisme whistleblowing yang memungkinkan karyawan melaporkan pelanggaran atau ketidakpatuhan secara anonim. Sistem ini memastikan bahwa setiap pelanggaran dapat ditangani dengan cepat dan efektif tanpa adanya reprisal.

  • Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

            BCA melaksanakan berbagai program CSR yang berfokus pada pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Program-program ini memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

            BCA mematuhi semua peraturan dan standar lingkungan yang berlaku dan berusaha untuk mengurangi dampak negatif operasionalnya terhadap lingkungan. Karena menjalankan perusahaan itu juga harus memperhatikan bagaimana lingkungan, masyarakat dan pemerintahan disekitar perusahaan.

Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa implementasi GCG yang efektif memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai indikator tersebut secara terpadu. Untuk meningkatkan praktik GCG di dalam perusahaan, manajemen harus terus menerapkan perbaikan berkelanjutan dalam hal kepatuhan terhadap regulasi, transparansi informasi, struktur organisasi yang efisien, manajemen risiko yang terintegrasi, dan budaya perusahaan yang etis. Dengan demikian, perusahaan tidak hanya dapat memperkuat reputasi mereka, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.

Bank Central Asia (BCA) sebagai contoh kasus menunjukkan bahwa implementasi yang baik terhadap indikator-indikator ini dapat membawa hasil yang signifikan. BCA telah membangun dewan direksi dan komisaris yang independen dan berkompeten, menyediakan laporan keuangan yang transparan, dan memastikan pengendalian internal yang efektif. Melalui kode etik yang jelas dan sistem whistleblowing, BCA mempromosikan budaya kepatuhan dan integritas. Perlindungan hak-hak pemegang saham dan keterlibatan aktif pemangku kepentingan menambah lapisan kepercayaan dan keterbukaan. Selain itu, komitmen BCA terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan memperkuat reputasi positifnya di masyarakat.

BCA juga secara rutin melakukan audit internal dan eksternal untuk mengevaluasi kinerja GCG dan menetapkan KPI yang spesifik untuk mencapai tujuan GCG. Keberhasilan BCA dalam implementasi GCG tidak hanya meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan, tetapi juga memastikan kinerja keuangan yang stabil dan pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan. Hal ini menegaskan pentingnya mengoptimalkan indikator-indikator GCG dalam membangun tata kelola perusahaan yang baik dan efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun