Mohon tunggu...
Dwi Elyono
Dwi Elyono Mohon Tunggu... Dosen - Pencari

Penerjemah bhs Inggris bhs Indonesia/bhs Jawa; peneliti independen dlm kajian penerjemahan, kajian Jawa, dan semantik budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Alas Ketonggo ~ Tempat Bertemunya Raden Patah, Sunan Kalijaga, Prabu Brawijaya Pamungkas, dan Profesor George Quinn

10 Juli 2016   03:46 Diperbarui: 14 Februari 2019   00:45 2953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon setelah mengalami transformasi spiritual di Alas Ketonggo, Sang Prabu melanjutkan perjalanan ke Puncak Lawu, menjalani hidup sebagai seorang pertapa bersama beberapa abdi dalemnya yang setia. Prabu Brawijaya tinggal di Puncak Lawu, yang kini dikenal dengan nama Puncak Hargodumilah, hingga kemoksaannya.

Sering pendaki gunung mulai dua pos terakhir menjelang Puncak Hargodumilah ‘ditemui’ seekor jalak hitam, yang kemudian seolah-olah membimbing pendaki naik ke puncak. Konon jalak hitam ini adalah penjelmaan abdi dalem atau santrinya Prabu Brawijaya.

Di dalam petilasan Srigati, sambil merasakan heningnya laku pak George, saya mengamati gundukan tanah yang ada di depan kami. Tanah di depan kami selalu tumbuh, tapi tidak pernah terlalu tinggi karena selalu diambil pengunjung dibawa pulang. Konon apabila negara dalam keadaan tidak menentu, tanah Srigati akan meninggi. Namun apabila negara kembali tentram, tanah kembali datar.

Mobil pak Anang melewati Teguhan, Kedung Putri, Kedung Galar, Kwadungan, sebelum akhirnya tiba kembali di rumah kayu kami yang sederhana. Pak George menikmati kembali tahu isi yang lezat masakan Jeng Ranti. Kami lepas pak George dengan berat. Beliau meneruskan perjalanan ke Kediri bersama pak Anang, ke Petilasan Joyoboyo. Kemudian ke Makam Arosbaya di Bangkalan, Madura, ke Makam Sunan Ampel di Surabaya, dan kemudian terakhir ke Makam Mbah Priuk di Jakarta.

Mengapa pak George begitu mencintai tempat-tempat keramat di Jawa? Jangan-jangan pak George reinkarnasi Prabu Brawijaya Pamungkas, yang sangat mencintai laku prihatin dan tirakat.

Salam dari Lembah Majura-Ngunnawal, Brang Kidul,

Dwi ~ murid pak George

9 Juli 2016 Sabtu

~ Tiga tahun kemudian buku Profesor George Quinn "Bandit Saints of Java: How Java's eccentric saints are challenging fundamentalist Islam in Modern Indonesia" diterbitkan oleh Monsoon Books, Inggris (1 November 2018). Kunjungan, interaksi yang mendalam dengan pelaku-pelaku ziarah, dan perenungan pak George di Alas Ketonggo dan di banyak tempat keramat lainnya di Jawa selama lebih dari 20 tahun menjadi sumber data yang kaya dan inspirasi bagi penulisan buku "Bandit Saints of Java ...". Buku pak George ini menjadi salah satu buku kunci bagi pemahaman akan pemikiran dan praktik Islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa. Tanggal 21 Februari mendatang akan diadakan peluncuran buku tentang praktik ziarah di tanah Jawa ini di Asia Bookroom, Canberra, Australia. Dalam peluncuran buku tersebut, Profesor George Quinn, budayawan Jawa kondang, akan berbincang-publik dengan Emeritus Profesor James Fox, seorang Indonesianis terkemuka. ~   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun