Mohon tunggu...
Duwi Puspitasari
Duwi Puspitasari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Psikologi Universitas Jambi

Menulis adalah bagian diri saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Self-harm dan Stigma Kuno yang Menyertainya

2 Desember 2023   20:03 Diperbarui: 2 Desember 2023   20:48 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh cottonbro studio dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-tangan-kaki-duduk-4100674/ Input sumber gambar

Istilah self-harm sudah semakin familiar di telinga. Orang-orang mulai memahami apa itu tindakan menyakiti diri sendiri dan mengasosiasikannya dengan keadaan psikologis yang merugikan. Namun, tidak jarang orang yang melakukan self-harm terus mendapat cemoohan dan dorongan yang bersifat merusak dari orang-orang di sekitarnya. Hal ini diyakini sebagai akibat dari stigma kuno yang merugikan yang masih beredar.

Self-harm adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk mengatasi stres atau rasa sakit emosional dengan cara menyakiti dan melukai diri sendiri tanpa bermaksud untuk bunuh diri.

Tidak hanya melukai diri dengan menggores pisau ke lengan, self-harm juga sering dilakukan dalam bentuk membiarkan diri kedinginan, tidak memakan apapun, mengentakkan kepala ke dinding, menggigit diri, mengepalkan tangan dan lengan dengan kencang, memukul dinding, dengan sengaja tidak mengobati luka dan menampar wajah, yang frekuensi tindakannya didasarkan pada seberapa stres atau tertekan individu tersebut.

Maraknya Stigma Kuno tentang Self-Harm Berpotensi Memudarkan Empati

Hadirnya stigma diciptakan oleh masyarakat tentang suatu yang terlihat menyimpang ataupun adanya hal aneh yang tak sewajarnya dalam kehidupan ini. Adanya stigma bisa memunculkan penurunan kepercayaan diri, penarikan diri, kehilangan masa depan, bahkan dapat menurunkan empati serta kepedulian orang lain terhadap individu tersebut.

Berikut stigma mengenai self-harm yang paling sering didengar, yaitu:

1. "Orang yang melakukan self-harm sedang mencoba mencari perhatian."

Ironisnya, orang melakukan self-harm secara diam-diam. Mereka tidak sedang mencoba memanipulasi atau menarik perhatian orang lain. Justru, rasa malu dan takut seringkali membuat mereka kesulitan untuk mengaku dan meminta pertolongan.

2. "Orang yang Melakukan Self-Harm adalah Orang Gila dan Berbahaya."

Betul bahwa orang yang melakukan self-harm seringkali didiagnosis dengan gangguan depresi, kecemasan, atau gangguan lainnya. Namun, itu bukan berarti mereka gila atau berbahaya. Self-harm adalah cara mereka untuk mengatasi masalah itu. Menstigma atau melabeli mereka sebagai orang 'gila' dan 'berbahaya' samasekali tidak membantu pemulihan.

3. "Orang yang Melakukan Self-Harm Berarti Ingin Mati."

Ketika seseorang melakukan self-harm, mereka biasanya tidak ingin bunuh diri. Melukai diri sendiri justru menjadi salah satu ekspresi bahwa mereka sedang mencari cara agar tetap bertahan hidup dengan masalah mereka. Self-harm dilakukan untuk mengalihkan perasaan negatif tersebut.

4. "Jika Cedera atau Lukanya Tidak Serius, Maka Masalahnya Tidak Terlalu Serius."

Tingkat keparahan cedera atau luka tidak ada kaitannya dengan seberapa menderitanya individu. Jangan menganggap bahwa apabila cedera atau lukanya kecil, berarti masalah yang dihadapi individu tersebut juga kecil dan tidak perlu dikhawatirkan.

Penyebab Self-Harm yang Sebenarnya

Dilansir dari Siloam Hospitals, penyebab individu melakukan self-harm adalah trauma di masa lalu, gangguan mental tertentu, serta stres yang tidak diekspresikan dengan baik. Selain itu, apalagi, ya, penyebab yang menjadi sumbangsih dalam mendorong individu melakukan self-harm?

1. Memendam Perasaan Negatif Terlalu Lama

Penyebab terjadinya self-harm bisa jadi karena akumulasi emosi negatif yang terlalu lama, seperti takut dirundung, tekanan yang besar di sekolah atau tempat kerja, masalah  keluarga, dan lain-lain. Jika masalah terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama dan seolah tak kunjung usai, individu berakhir melakukan self-harm dengan tujuan menghilangkan berbagai perasaan tidak menyenangkan.

2. Tidak Mendapat Dukungan dari Orang-Orang di Sekitarnya

Seseorang yang sedang menghadapi permasalahan dalam hidupnya pasti akan mencari dukungan dari orang-orang di sekitarnya seperti keluarga, saudara dan sahabat. Namun, jika individu tidak menerima dukungan tersebut,  satu-satunya cara yang terpikirkan untuk melarikan diri dari masalah adalah dengan melakukan self-harm.

3. Mengekspresikan Perasaan Negatif

Penting untuk mengungkapkan dan  menyampaikan perasaan. Seseorang yang tidak bisa memediasi emosinya dengan menyalurkannya pada aktivitas positif cenderung menyalurkan emosi negatifnya ke aktivitas negatif seperti menyakiti diri sendiri atau self-harm.

4. Perasaan Putus Asa

Orang yang melukai diri sendiri sering kali merasa putus asa dan tidak berdaya. Mereka mungkin percaya bahwa masalah mereka tidak dapat diatasi dan mereka tidak memiliki cara lain untuk mengatasinya.

Apa yang Harus Kita Lakukan Terhadap Mereka yang Melukai Dirinya Sendiri?

1. Jangan Menghakimi atau Menstigmatisasi

Mereka yang melakukan tindakan self-harm mungkin khawatir akan dihakimi atau distigmatisasi. Penghakiman tersebut membuat mereka semakin menutup diri dan kehilangan kepercayaan pada siapa pun. Ketika hal ini terjadi, semakin sulit bagi kita untuk menjangkau mereka dan menawarkan bantuan. Maka, penting bagi kita untuk menunjukkan kepedulian dan empati bahwa kita memahami apa yang mereka rasakan serta alami.

2. Cobalah untuk Memahami

Cobalah untuk memahami bagaimana hal ini dapat membantu mereka, apa tujuannya dan mengapa mereka melakukannya.

3. Bersikaplah Suportif

Meskipun tindakannya tidak benar, tetapi cobalah untuk mendukungnya dan beri tahu dia bahwa kita ada untuknya.

4. Jangan Mengabaikannya

Jangan meremehkan atau menertawakan tindakan mereka.

5. Merekomendasikan Bantuan Profesional

Kita dapat menyarankan agar dia berbicara dengan guru, konselor, atau orang tua yang mungkin bisa membantu lebih banyak. Dalam hal ini, peran psikolog dan psikiater sangat penting.

Pemulihan tidak terjadi dalam semalam. Oleh karena itu, prosesnya mungkin memerlukan waktu. Pada prinsipnya, self-harm untuk menghukum diri sendiri sangat tidak diperbolehkan, ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun