Setelah menikah dan administrasi seperti KK dan KTP telah diperbaharui, ia segera memanfaatkan dana yang ditabung sejak jauh-jauh hari untuk mengajukan KPR.
Setelah semua persyaratan terpenuhi, pengajuan KPR pun diterima oleh pihak bank.
"Kami langsung melakukan booking fee dan sekarang rumahnya sudah jadi dan kami tempati," terang Boni.
Boni mengakui, sebagai generasi milenial yang ingin memiliki rumah impian memang butuh pengorbanan dan tidak bisa didapatkan secara instan begitu saja.
Masih tergambar dengan jelas dalam benarnya, untuk memuaskan hasrat membeli rumah impian, Boni harus ekstra irit. Boni sudah mulai mengurangi kegiatan-kegiatan yang cenderung menghambur-hamburkan uang.
Bahkan, sekedar nongkrong dengan teman sejawat pun tidak dilakukan. Ia lebih memilih untuk menyisihkan penghasilannya guna mendapatkan rumah impiannya.
"Kalo saya tidak begitu, lantas kapan saya bisa punya rumah? Kalo dinanti-nanti harganya keburu melambung dan nggak kebeli," ujar Boni.
Ia juga optimis, milienal bisa kok punya rumah asalkan mau sedikit berkorban. Atau paling tidak mengurangi gaya hidup konsumtif dan hedon.
"Milenial kan identik dengan hedonis, nah kalo gaya hidup seperti itu bisa dipangkas, rumah impian bukan sekedar mimpi lagi tapi bisa jadi nyata," tutup Boni.