Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini, berikut adalah hal yang menjadi pembelajaran bagi saya adalah
Saat saya berdiskusi dengan teman kelompok dalam rangka membuat tugas presentasi, disaat itu saya merasa tercerahkan untuk memperbaiki diri (menjadi Versi terbaik diri saya) demi perubahan pendidikan Indonesia.
Saya Ingin menjadi guru yang lebih kompeten, lebih kolaboratif dan mengutip sebuah kalimat dari John Dewey : "We do not learn from experience... We learn from reflecting on experience". Bukan pengalaman yang membuat kita mahir tapi merefleksi pengalaman lah yang membuat kita menjadi lebih baik.
Hasil refleksi pembelajaran bersama murid saya tahun ini adalah :Â Kurangi paparan yang sering meluas, melebar saat mengajak siswa diskusi yang akhirnya menghabiskan waktu dan pembelajaran menjadi tidak efisien.
Â
Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami adalah...
Â
Modul 1.1 berisi filosofis KiHajar dewantara, dimana kita diberikan pemahaman tentang bagaimana memandang diri kita sebagai pendidik, bagaimana kita memandang dan memperlakukan anak didik kita, dan bagaimana cara kita mendidik.
Di modul pertama saya mendemonstrasikan pemahaman saya dengan membuat infografis Filosofi pendidikan KiHajar Dewantara, dimana saya merangkumnya menjadi 8 Inspirasi yaitu :
1] Â Â Â Â Â Guru adalah Petani,
Sebagai petani kita harus belajar mampu menanam dan merawat segala jenis bibit pohon (jangan karena kita adalah petani yang hanya bisa menanam padi, dan ketika mendapati bibit jagung kita mengatakan bahwa ini adalah bibit padi yang rusak / salah diagnosis). Singkatnya sebagai guru pahami tentang Multiple Intelejensi dan sadarii bahwa tugas kita adalah Menebalkan potensi/kekuatan murid kita bukan mengubahnya menjadi seperti diri kita.
2] Â Â Â Â Â Perhatikan kodrat alam dan kodrat zaman
Jangan melarang anak yang tinggal dipinggir pantai berenang di pantai karena khawatir tenggelam. Tetapi ajari ia berenang dan ajari ia cara menghindari dan menyelamatkan diri dari bahaya-bahaya yang akan ia hadapi disaat berenang dipantai. Tidak logis jika saat ini kita melarang anak bermain game/menggunakan gadget, yang seharusnya kita lakukan adalah memberitahu fungsi/ manfaat, batasan, dan bahaya dalam penggunaan gadget dst.
Dengan kata lain, perhatikan kebutuhan dan kondisi anak, keadaan lingkungan dan kebutuhan zaman.
3] Â Â Â Â Â Ing Ngarso SungTulodo, Ing Madyo MangunKarso, Tut wuri Handayani
Jadilah teladan, beri gagasan dan Inspirasi, dukunglah ide dan mimpi mereka, semangati langkah mereka.
4] Â Â Â Â Â Bersenang-senang dalam proses pembelajaran
Pendidikan bertujuan memberikan kebahagiaan Jiwa, sudah semestinya proses belajar memberikan kesenangan. Bermain dalam belajar atau belajar dalam sebuah permainan.
5] Â Â Â Â Â Terapkan TRIKON
 kontinu (berkesinambungan), konvergen ((gunakan berbagai sumber), dan konsentris (sesuaikan dengan keadaan siswa dan budaya kita),
6] Â Â Â Â Â JAdilah Guru AMONG
Mengasah kemampuan siswa, Mengasihi dengan sepenuh hati, mengasuh agar mereka menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab (Care and dedication based on Love)
7] Â Â Â Â Â Bentuk Budi Pekerti
Tugas guru menebalkan, mengukuhkan, dan menguatkan nilai-nilai luhur kemanusiaan dalam diri siswa
8] Â Â Â Â Â Tumbuhkan Cipta, Rasa dan Karsa
 Lima Asas pendidikan : Kodrat Alam, kemerdekaan, kemanusiaan, kebudayaan dan kebangsaan sebagai dasar dari pendidikan demi menumbuh kembangkan daya cipta, rasa dan karsa sebagai buah dari pendidikan yang akan membawa bangsa pada peradaban yang lebih maju.
Â
Modul 1.2 diawali dengan sebuah refleksi diri ke amsa lalu tentang hubungan kita yang paling berkesan baik positif, maupun negatif. Dalam hal ini, saya menyadari bahwa guru yang berkesan positif adalah guru yang berpihak pada saya (sebagi murid saat itu), yang memotivasi, mendukung, mempercayai kemampuan saya. Frekuensi positif yang diberikan guru tersebit menular kepada saya dan memberikan energi positif.
Jika dihubungkan dengan Filosofi Pendidikan KiHajar Dewantara, saya menginsyafi bahwa guru yang memberi kesan positif adalah guru yang telah melakukan pembelajaran dengan filosofi bapak Pendidikan kita tersebut.
Pada Demonstrasi Kontekstual, saya diminta untuk membuat suatu narasi yang menggambarkan apa yang saya lakukan sebagai guru penggerak. Dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak, dapat saya katakan bahwa Guru Penggerak adalah guru yang mengamalkan filosofi Pendidikan KiHajar Dewantara, dan juga menularkan Filosofi tersebut kepada teman-teman guru lainnya.
Saat momen itu terjadi saya merasa seperti bagaikan... menjadi bagian penting dari suatu peristiwa besar yang akan terjadi nanti.
Sebelum momen tersebut terjadi saya berpikir bahwa hanya seorang guru yang saya tahu memang memiliki peranan penting untuk transformasi pendidikan tetapi...sekarang saya berpikir bahwa... saya tidak sendiri. Ada teman-teman seperjuangan yang memiliki visi yang sama
Pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak adalah:
- Â Â Â Â Merancang rencana pembelajaran yang lebih menyenangkan, efektif, efisien , berpihak pada siswa, intinya pembelajaran yang didalamnya terdapat nilai-nilai guru penggerak dan tentunya mengacu pada profil pelajar pancasila.
- Â Â Â Â Mempelajari lebih dalam metode dan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran berbasis literasi dan numerisasi
- Â Â Â Â Mempelajari lebih dalam tentang elaborasi materi bidang ampu saya sehingga saya dapat memberikan ide-ide segar kepada siswa baik untuk kreasi mandiri maupun tugas projek.
- Â Â Â Â Aktif menulis kembali artikel pendidikan sebagai bahan refleksi sekaligus elaborasi konsep terhadap konteks.
- Â Â Â Â Menyusun program kerja yang berhubungan dengan peningkatan mutu pendidik dan pengimbasan nilai-nilai guru penggerak di sekolah saya (peran Menggerakan)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H