Mohon tunggu...
Liese Alfha
Liese Alfha Mohon Tunggu... Dokter - ❤

Bermanfaat bagi sesama Menjadi yang terbaik untuk keluarga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bidadari Dingin dalam Pelukan

29 Juli 2018   09:19 Diperbarui: 29 Juli 2018   11:38 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa penyebabnya, dok? Mantu saya ini suka jajan, makan bakso" Kata si ibu mertua.

"Ya makan bakso gak papa, bu. Dari hasil lab yang diperiksakan anak ibu sebelumnya memang ada kuman yang menginfeksi tubuhnya. Lengkap. Ada tokso, rubella dan citomegalovirus." Jelas dokter bersimpati.

"Gak bisa digugurkan saja, dok?" timpal ibu mertua lagi. Menantunya hanya diam menahan perasaan yang aneh di dadanya.

"Dosa lah, bu. Kandungannya kita observasi dulu, saya mau lihat bagaimana perkembangan jantung dan paru-parunya" Jelas dokter kemudian. "Satu minggu lagi kesini ya"

Satu minggu dijalani dengan terasa lama sekali, si ibu hanya bisa berdoa meminta yang terbaik. Fase "marah" dan "tidak ikhlas" sudah lenyap entah kemana. Suaminya juga terus menguatkan dari negeri seberang. "Kita bisa melewatinya, mungkin bukan sekarang, tapi sekarang pun kan tetap ada harapan"

Harapan itu akhirnya menunjukkan keberpihakannya. "Paru-parunya gak berkembang sama sekali. Ini jantungnya sudah penuh mengisi rongga dada. Kalaupun kita pertahankan sampai matang usia bayinya, kemungkinan akan lahir sesar karena kepala bayinya besar dan gak bisa juga hidup. Kandungannya bisa diakhir kapan pun ibu mau."

Lama ditatapnya hasil usg terakhir. "Nak, maunya sampai akhir. Tapi, kamu pasti tahu, cinta ibu ke kamu gak akan pernah hilang meski kamu pergi. Kamu tahu kan?! Maafin bapak dan ibu. Bukan tak mau berjuang sampai akhir"

Isaknya hampir tak terdengar, namun linangan airmata sudah membasahi kain popok yang ibu beli.

 "Katanya kau akan menjadi bidadari yang kelak akan menemui kami di pintu surga. Bersuka citalah disana. Kau pantas menjadi bidadari" dingin tubuh bayi mungil yang dia peluk, tanpa airmata. Tuhan, takdir Mu yang menggenggam manusia, kami hanya mampu berserah kemudian.

kompasiana.com
kompasiana.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun