"Apa penyebabnya, dok? Mantu saya ini suka jajan, makan bakso" Kata si ibu mertua.
"Ya makan bakso gak papa, bu. Dari hasil lab yang diperiksakan anak ibu sebelumnya memang ada kuman yang menginfeksi tubuhnya. Lengkap. Ada tokso, rubella dan citomegalovirus." Jelas dokter bersimpati.
"Gak bisa digugurkan saja, dok?" timpal ibu mertua lagi. Menantunya hanya diam menahan perasaan yang aneh di dadanya.
"Dosa lah, bu. Kandungannya kita observasi dulu, saya mau lihat bagaimana perkembangan jantung dan paru-parunya" Jelas dokter kemudian. "Satu minggu lagi kesini ya"
Satu minggu dijalani dengan terasa lama sekali, si ibu hanya bisa berdoa meminta yang terbaik. Fase "marah" dan "tidak ikhlas" sudah lenyap entah kemana. Suaminya juga terus menguatkan dari negeri seberang. "Kita bisa melewatinya, mungkin bukan sekarang, tapi sekarang pun kan tetap ada harapan"
Harapan itu akhirnya menunjukkan keberpihakannya. "Paru-parunya gak berkembang sama sekali. Ini jantungnya sudah penuh mengisi rongga dada. Kalaupun kita pertahankan sampai matang usia bayinya, kemungkinan akan lahir sesar karena kepala bayinya besar dan gak bisa juga hidup. Kandungannya bisa diakhir kapan pun ibu mau."
Lama ditatapnya hasil usg terakhir. "Nak, maunya sampai akhir. Tapi, kamu pasti tahu, cinta ibu ke kamu gak akan pernah hilang meski kamu pergi. Kamu tahu kan?! Maafin bapak dan ibu. Bukan tak mau berjuang sampai akhir"
Isaknya hampir tak terdengar, namun linangan airmata sudah membasahi kain popok yang ibu beli.
"Katanya kau akan menjadi bidadari yang kelak akan menemui kami di pintu surga. Bersuka citalah disana. Kau pantas menjadi bidadari" dingin tubuh bayi mungil yang dia peluk, tanpa airmata. Tuhan, takdir Mu yang menggenggam manusia, kami hanya mampu berserah kemudian.