Mohon tunggu...
Liese Alfha
Liese Alfha Mohon Tunggu... Dokter - ❤

Bermanfaat bagi sesama Menjadi yang terbaik untuk keluarga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bidadari Dingin dalam Pelukan

29 Juli 2018   09:19 Diperbarui: 29 Juli 2018   11:38 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak menunggu, rencana pengobatan segera dicarinya. Terbanglah mereka ke ibukota negara ini, ditemuinya ahli fetomaternal dan sekalian meminta second opinion atas kondisi kandungannya.

"Sepertinya bukan hanya kepalanya yang bermasalah. Anggota geraknya juga. Pertumbuhan tulangnya tidak bagus" Informasi ini dengan lancar diberikan oleh ahli fetomaternal ibukota dari RS ternama. "Mau digugurkan?" tanyanya kemudian menatap mata si ibu.

Suaminya menggenggam tangan si istri, menguatkan.

"Nanti saja, dok" parau si ibu menjawabnya.

Pergilah ke dokter kandungan senior di kota Monas itu untuk mencari pendapat lain. Siapa tahu ada secercah harapan.

"Oo bagus ini. Sehat bayinya. Nanti november lahiran, ya" katanya serius sambil menatap layar 2D USG nya.

Si ibu menyunggingkan senyum. "Harapan itu masih ada" benaknya.

Namun sayang, senyum itu akhirnya harus lenyap seketika dia melihat si dokter senior menulis hasil pemeriksaan di lembar medical record si ibu. Katanya ventrikel otak membesar. Si ibu bukan spesialis, tapi dia tahu maksud tulisan itu.

Sepanjang taksi menuju rumah saudaranya di tangerang, si ibu berkonsultasi dengan dokter kandungan lain via sms. Dokter ini yang selalu dimintai saran selama keguguran 2x yang lalu. Yang kemudian memantapkannya untuk pulang ke kampung halaman di pulau sumatera.

Usia kandungan memasuki 21 minggu, datanglah ibu beserta keluarga besar menemui dokter ahli fetomaternal di kotanya. 

"Ini bayinya memang ada gangguan pertumbuhan kongenital. Jadi bukan hanya satu kelainannya. Mulai dari kepala, kakinya, hingga jantung dan paru-parunya." Jelas dokter tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun