Dina merasa seperti waktu telah berhenti. Ia tidak bisa bergerak, tidak bisa berbicara, dan tidak bisa berteriak. Bayangan tersebut semakin mendekatinya, dan Dina bisa merasakan napasnya yang dingin dan kering.
Saat bayangan tersebut sudah sangat dekat, Dina melihat wajahnya. Ia tidak bisa percaya apa yang ia lihat. Wajah tersebut adalah wajah Riska, tetapi tidak seperti Riska yang ia kenal. Wajah tersebut pucat, mata kosong, dan kulitnya terlihat seperti kulit mayat.
Dina merasa seperti jantungnya akan berhenti berdegup. Ia tidak bisa memahami apa yang terjadi. Apakah Riska telah menjadi korban dari sesuatu yang jahat? Apakah ia telah menjadi korban dari kekuatan yang tidak diketahui?
Dina mencoba untuk berbicara, tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Ia mencoba untuk bergerak, tetapi tubuhnya terasa seperti terikat.
Bayangan Riska semakin mendekat, dan Dina bisa merasakan napasnya yang dingin dan kering. Ia merasa seperti ia akan mati, seperti ia akan menjadi korban berikutnya.
Tiba-tiba, bayangan Riska menghilang. Dina merasa seperti ia telah dilemparkan ke udara, dan ia jatuh ke lantai dengan keras. Ia merasa seperti ia telah kehilangan kesadaran, dan ia tidak bisa memahami apa yang terjadi.
Saat Dina sadar kembali, ia menemukan dirinya di ruang tamu. Teman-temannya berada di sekelilingnya, dan mereka semua terlihat sangat khawatir.
"Dina, apa yang terjadi?" tanya Ichsan, suaranya penuh dengan kekhawatiran.
Dina mencoba untuk berbicara, tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Ia mencoba untuk bergerak, tetapi tubuhnya terasa sangat lelah.
Riska mengambil tangan Dina dan membantunya berdiri. "Dina, apa yang terjadi?" tanyanya lagi.
Dina mencoba untuk berbicara, tetapi ia tidak bisa. Ia hanya bisa menatap Riska dengan mata yang kosong, seperti ia telah melihat sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.