Mohon tunggu...
Bastian Arisandi
Bastian Arisandi Mohon Tunggu... -

Manusia sederhana, tetapi memiliki jiwa kaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen

22 Oktober 2013   00:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:12 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa Lalu Di Sebuah Lagu


Oleh: Bastian Arisandi

Terangnya seribu bintang takkan sanggup menyinari hatiku
Yang kuinginkan hanya dirimu cinta sejatiku
Kepada seribu bintang sampaikan salamku kepadanya
Hanya dia  hanyalah dirinya yang aku cinta
Sayup-sayup terdengar lantunan lagu “Terangnya Seribu Bintang” lagu merdu dari Sultan. Mengalun syahdu disertai alunan nada gitar yang mengiris hati dari seorang Jack yang menikmati malam kesendirian. Jack berhenti sejenak menghirup segelas kopi pekat yang mulai berasa pahit karena penuh dengan remah-remahnya saja. Setelah itu Jack menyulut sebatang rokok. Terlihat dia sangat menikmati suasan malam itu.

Sejenak hening. Hanya suara bunyian malam yang terdengar manja di telinganya. Ya dalam keheningan Jack mengingat masa-masa lampau yang sangat sulit untuk ia lupakan. Tak mampu juga untuk diungkapkan dengan kata-kata, hanya mampu ia ungkapkan lewat alunan lagu “Terangnya Seribu Bintang”.

Masih jelas berasa diingatan Jack masa 5 tahun silam. Masa sangat bahagia penuh suka dan duka bersama Nia. Ya Nia, seorang mahasiswi cantik nan mempesona teman kuliah Jack ya mulanya hanya teman kuliahan saja. Jack terbayang akan beberapa kejadian yang tak kan terlupakan bersama Nia. Bagaimana mereka mengerjakan tugas bersama, saling membantu pada saat ujian semester, maupun kenangan di mana ketika Jack akhirnya memilih meninggalkan semuanya.

**********

Mulanya siang itu, Jack dengan penuh semangat mengikuti sebuah mata kuliah. Ia duduk paling depan. Entah semangat apa yang membuatnya memberanikan diri untuk duduk di bangku paling depan, padahal biasanya Jack mencari tempat yang aman dari pandangan dosen apalagi dosen killer. Ketika duduk secara tidak sengaja Nia yang duduk di samping Jack menjatuh DHK (Daftar Hadir Kuliah) dan hendak mengambil DHK tersebut di bawa kursi dekat Jack. Nia hendak mengambil DHK dan secara Refleks Jack pun hendak mengambil DHK tersebut untuk Nia. Mereka berhadapan bertatap muka. Diam sejenak.

“Hmmmm” terdengar suara dosen mendehem.

Jack dan Nia secara refleks kembali ke tempat duduk masing-masing.

Semenjak itulah Jack dan Nia mulai terlihat akrab. Di mana ada Nia di situ ada Jack. Istilahnya seperti parasit (kampret bener Si Jack).

**********

Jack kembali menghirup kopi pahit dari gelasnya, menghidupkan kembali rokoknya. Jack kemudian tersenyum sendiri. tersenyum dalam duka. Jack sejenak menghembuskan nafas. Ia teringat kembali sebuah peristiwa di malam itu ketika dia berkunjung ke rumah Nia dengan alasan membantu mengerjakan tugas untuk Nia. Padahal mereka bercerita penuh suka dalam bilik kamar ya hanya mereka berdua.

**********

Sore itu Nia mengajak Jack untuk membantu mengetikan makalahnya. Sekitar pukul 6 sore Jack pun berangkat dengan motor kebanggannya menuju rumah Nia. Setelah mengendarai kendaran sekitar 30 menit sampailah Jack ke rumah Nia.

“Hai”, sapa Jack.

“Hai juga, silahkan masuk”, Sapa Nia dengan senyuman manis disertai lesung pipitnya.

“Silahkan duduk dulu”, ujar Nia. Mau minum apa?

“Apa saja lah yang penting halal”, sahut Jack.

Keduanya tersenyum.

“Sungguh indah senyumanmu:, gumam Jack dalam hati.

“Oke deh”, lanjut Nia berlalu menuju dapur rumahnya.

Singkat cerita, malam itu mereka mengerjakan makalah Nia dengan penuh suka. Sebenarnya malam itu adalah malam minggu. Dan secara tak sengaja Jack bertanya kepada Nia.

“Ini kan malam minggu, memang kamu tidak jalan sama pacarmu ya”.

“Pacarku sedang pergi”, sahut Nia ketus.

Jack melirik ke arah Nia. Ia melihat mata Nia berkaca, ya itu ada air mata di sana.

Jack paham ada sesuatu yang terjadi di sana, tapi entah apa? Jack hanya diam kemudian kembali melanjutkan ketikannya.

Hening di kamar itu.

*********

“Jack, Jack masuk sudah malam”, terdengar teriakan dari dalam rumah.

Teriakan yang membuyarkan kenangan manis Jack.

“Iya mama, sebentar lagi”, teriak Jack dari teras rumahnya.

Jack kembali tersenyum dan kembali memainkan gitarnya.
Terangnya seribu bintang takkan sanggup menyinari hatiku
Yang kuinginkan hanya dirimu cinta sejatiku
Kepada seribu bintang sampaikan salamku kepadanya
Hanya dia  hanyalah dirinya yang aku cinta
Malam terus berlanjut. Jack menghabiskan malam itu dengan berbagai kenangan yang berkecamuk di dalam pikirannya. Alunan suara gitar dipadukan lagu “Terangnya Seribu Bintang” masih berlanjut. Jack seakan ingin kembali ke masa 5 tahun silam. Walau tinggal kenangan namun tak akan terlupakan.

**********

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun