Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menembus Hujan Badai di Puncak Gunung Dempo

16 Februari 2021   13:51 Diperbarui: 19 Februari 2021   19:45 2151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pukul 18.00 WIB aku tiba di shelter satu, kulihat rombongan sudah berkumpul semua. Hampir satu jam mereka tiba di situ. Ada yang masih makan, ada yang merokok dan beristirahat, beberapa diantaranya membersihkan diri dengan air pancuran shelter satu. Meski badan tidak bersih benaran, kami tetap melaksanakan shalat maghrib yang dijamak dengan isyak. 

Kami yakin, apapun kondisinya shalat mutlak dilaksanakan. Setelah itu kami melakukan penghitungan peserta, masih lengkap sembilan belas orang. Lalu melanjutkan perjalanan menuju shelter dua.

Senter sudah terpasang di kepala masing-masing. Sebetulnya sangat berbahaya meneruskan pendakian. Gunung bukanlah tempat yang baik untuk bertualang di malam hari. Selain gelap, jalannya curam dan terjal, juga hujan yang tak kunjung berhenti. Gemuruh di dadaku bersaing dengan gemuruh alam sekitar. Namun dengan merapatkan barisan dan saling menyemangati satu sama lain, membuat pendakian menuju shelter dua terasa ringan.

Meskipun tak bisa dipungkiri, route dari dari shelter satu menuju shelter dua jauh lebih berat. Tebing yang terjal, jalan yang tegak lurus dan licin lama-lama membuat phisik dan jiwa kami terbiasa. Ini betul-betul memanjat gunung, bukan lagi mendaki gunung. Gunung Dempo benar-benar hanya dipenuhi hutan belantara, tak ada pondok-pondokan apalagi rumah penduduk. 

Darman sering mengatakan bahwa di shelter dua ada indomart, kami semua mengerti bahwa itu hanyalah candaan untuk memberikan semangat, sehingga guyonan kami saling bersahutan dan menyingkirkan medan yang berat.


 Sekitar pukul 22.00 WIB kami tiba di shelter dua, ada area datar yang cukup lapang dan lantang di sela-sela pepohonan besar. Melihat kondisi anggota yang sudah kecapekan, kami memutuskan untuk bermalam di shelter dua. 

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Sesungguhnya bukan pilihan yang tepat, karena shelter dua adalah daerah terangker dan tempat harimau minum di pancuran airnya, tapi kami berserah pada Sang Pemilik Kehidupan  minta perlindungan dan pertolongan-Nya agar dijagakan dari segala penyakit dan marabahaya.

Proses pemasangan tenda berjalan cepat, mereka telah terbiasa merangkainya. Ada delapan tenda yang terpasang, dua milik kami, enam milik rombongan yang baru bergabung. 

Setelah mengganti pakaian bersih, pakaian kotor dihamparkan di sebatang pohon yang tumbang. Aku masuk tenda, tak kuat menahan udara dingin dan hujan yang terus mengguyur. Bergegas aku masuk ke sleeping bag, di samping kiriku ada Aisyah, ia memilih di pinggir, sementara di sebelah kananku ada Darman dan Arga.

Dody memasak mie dan memasak air untuk membuat kopi di tenda satunya. Tapi aku sudah tidak tahu lagi apa yang mereka lakukan setelah itu, tubuh tuaku begitu pulas tertidur, dalam sekejab mengungsi di alam mimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun