Tiba-tiba Dee,
Terselip jelma rasa terima kasih telah dihantarkan sang pencipta ke negeri Sibuhuan ini. Banyak batas-batas ruang yang menata hatiku menjabarkan sabar menjinakkan rindu. Sesekali ku  pulang ke Palembang tatkala rindu mendera. Sesekali ku berkunjung ke negeri-negeri tetangga yang menjual beragam indah, seperti Sibolga, Padang Sidimpuan, Mandailing Natal, Sipirok, Balige, Tarutung dan seputaran Danau Toba hingga Brastagi dan Sidikalang. Boleh dikata, aku hampir menjelajahi semua daerah di Sumatera Utara.
[caption caption="dokumen pribadi "]
Namun aku tak boleh larut dalam euforia itu. Aku harus berlari dari iringan isak rindu pada keluarga nun jauh, aku harus melanjutkan pengabdianku hingga jelangkan laba berkunjung tak putus henti untuk mengantarkanku di pintu impian mengemban makna pada batas waktuku diberikan perusahaan ini.
Dan hari ini Dee,
Mimpi-mimpi itu tak pernah karam. Ia tak terhapus oleh gerimis yang berkunjung jelang hari senja tuk mengukir pelangi indah beruntaikan bunga-bunga rindu. Ia tak lenyap diburai sapuan pasir dari naik turunnya perekonomian akibat sepak terjang kebijakkan penguasa tak berpihak. Maka, kujemput jejak-jejak pedih tersisa untuk dilenyapkan dengan jelma mahligai menuju ruang terang.
Aku tak henti bersenandung, Dee. Lamat-lamat kulihat cahaya mentari mengintip dari celah jendela kamarku. Ada embun yang berlabuh di rerumputan tempat menjemput harap agar terelakkan dari jalan berkerikil tajam. Aku menggapai-gapai asa itu dengan penuh kepastian, bersama team kecilku dan orang-orang hebat di Sibuhuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H