“Namamu saja Istiono”. Jawab Dayat penuh kemenangan.
Dan aku pun melepaskan kerah baju Dayan, seraya berlari kesana kemari di koridor-koridor Mall yang sudah tutup. Sesekali aku tertawa terkikih-kikih bahkan terkadang tertawa melengking. Lalu menangis, memandang dengan tatapan yang tak pernah kumengerti. Perasaanku sudah kehilangan segala sesuatunya.
Aku berlari hingga terus menjauh. Tak peduli makhluk-makhluk apa yang aku jumpai berkeliaran di sekelilingku, yang aku mengerti, Dayat ataupun itu Dayan selalu ada disampingku bersama ranting berayun diterpa kemarau rajam kesedihan bermuram durja.
NB : Terinspirasi dari Film Arisan & Karya Ini Orisinil dan Belum Pernah Dipublikasikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H