Selama berabad-abad perkembangannya, ilmu filsafat telah mengalami berbagai periode yang menonjolkan berbagai pemikiran filsuf sesuai dengan corak zamannya. Setelah dominasi Gereja pada filsafat abad pertengahan mulai luntur, muncullah sebuah zaman yang disebut dengan zaman modern. Zaman modern ini diawali dengan munculnya renesanse (kelahiran kembali) yang menggambarkan manusia yang bangkit dari dominasi keagamaan di abad pertengahan. Manusia berubah dari orang-orang yang berjiarah di dunia menjadi pencipta dunia itu sendiri (berubah dari viator mundi menjadi faber mundi). Tuhan bukan lagi menjadi pusat dari filsafat tapi manusia. Bagi yang masih asing dengan tokoh-tokoh filsafat modern, berikut adalah beberapa tokoh yang sangat berpengaruh dalam perkembangan filsafat modern.
Rene DescartesÂ
Rene Decartes merupakan salah satu filsuf yang sangat berpengaruh dalam sejarah filsafat modern. Bahkan dapat disebutkan bahwa dia adalah pelopor utamanya. Dalam pemikirannya, Descartes percaya bahwa satu-satunya hal yang dapat dipastikan adalah apa yang dapat dijelaskan oleh akal budi. Descartes memandang bahwa manusia sejauh dia memakai akal budinya akan sampai kepada kebenaran yang tidak dapat diragukan. Menurutnya segala sesuatu dapat diragukan kecuali "aku yang sedang berpikir" ini. Bahkan, Descartes tampaknya percaya bahwa kepastian itu sendiri dapat saja bersifat personal. Selanjutnya, karena manusia adalah makhluk yang sejauh ini diketahui mampu berpikir, maka tentu saja dia menjadikan manusia sebagai subjek yang memandang segala sesuatu di sekitarnya sebagai objek yang diamati dan diragukan.Â
Descartes memandang bahwa metode-metode dalam ilmu ukut dapat membawa manusia kepada kebenaran yang tidak dapat diragukan. Descartes juga memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki sifat dualitas. Manusia disebutnya memiliki dua substansi/entitas sebagai jiwa dan tubuh. Menurut Descartes kedua substansi ini berbeda dan terpisah. Namun, meski terpisah kedua subtansi ini sebenarnya satu. Manusia diandaikan seperti hantu dalam sebuah mesin.
Argumen Descartes pada satu sisi memang benar. Manusia adalah makhluk yang berpikir. Satu-satunya hal yang paling merata di muka bumi ini adalah kenyataan bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk berpikir. Kendati demikian, Descartes tampaknya terlalu mengedepankan subjektifitas. Setiap orang memiliki karakteristik berpikirnya masing- masing dengan kapasitas yang berbeda juga. Dalam perkembangan sejarah, pengetahuan manusia selalu mengalami perubahan. Setiap pengetahuan yang dulunya dianggap pasti, dalam perkembangan sejarah ternyata terbukti mampu digulingkan. Selain itu, tidak segala sesuatu dapat dikaji dengan rasio belaka. Ada hal-hal yang hanya dapat dijelaskan dengan pengalaman. Pengalaman dicintai dan mencintai contohnya.
John Locke
John Locke terkenal dengan pemikiran empirisnya. Menurutnya, pengetahuan diperoleh dari pengalaman inderawi. Kita dapat mengetahui warna karena kita melihatnya. Kita dapat mengetahui bahwa suara itu ada karena kita dapat mendengarnya. Locke juga menyebutkan bahwa manusia akan memiliki dua jenis pengalaman: lahiriah dan batiniah. Pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang berasal dari luar diri manusia. Pengalaman batiniah adalah pengalaman yang berasal dari dalam diri kita, yaitu jiwa. Pengalaman lahiriah melibatkan panca indera. Pengalaman batiniah melibatkan kesadaran terhadap aktivitas empirik dari manusia seperti ingat, memperbandingkan, menghendaki, dan seterusnya. Selanjutnya, Locke menyebutkan bahwa pikiran manusia terdiri atas ide-ide yang dibagi menjadi ide-ide tunggal dan ide-ide majemuk. Ide tunggal berasal dari pengalaman inderawi. Artinya, ide bukan sesuatu yang sudah ada sejak lahir tapi diperoleh melalui pengalaman. Selanjutnya, ide majemuk adalah ide yang diperoleh melalui kombinasi dari ide-ide tunggal.
Jika Descartes sangat mengedepankan rasio, maka pendapat Locke tentang pengetahuan yang berasal dari pengalaman tampaknya dapat menjadi lawan yang tangguh bagi rasionalismenya Descartes. Kendati demikian, patut disebutkan juga bahwa ada hal-hal yang bahkan tidak dapat dialami oleh panca indera. Hal ini jugalah yang nantinya akan dikritik oleh tokoh empirisme lainnya, Berkeley. Pada kenyataannya ada pengalaman-pengalaman yang tidak dapat dijelaskan secara empirisme. Hal-hal yang bersifat simbolik seperti seni contohnya. Kenyataan bahwa tidak semua hal dapat dijelaskan secara empiris inilah yang mendorong manusia untuk menciptakan sesuatu yang bersifat simbolis namun mampu menggambatkan hal yang dimaksud secara mendalam. Seni memanpukan manusia untuk mengungkapkan sesuatu yang tak terungkapkan, memandang lebih jauh dari apa yang bisa dipandang mata, dan menyentuh sesuatu yang tidak dapat disentuh oleh indera peraba.
K. Marx
Pemikiran Marx secara umum sangat banyak dan kompleks. Salah satu pendapat Marx yang terkenal adalah kritiknya terhadap Hegel yang dipandang terlalu idealis yang disebutnya sebagai filsafat abstrak. Pemisahan antara masyarakat sipil dan negara dalam pandangan Hegel contohnya. Marx memandang bahwa justru pemisahan itulah yang menyebabkan keterasingan manusia. Jika manusia-manusia dalam masyarakat sosial tidak mengalami keterasingan maka negara tidak lagi dibutuhkan. Manusia dalam masyarakat sipil menurutnya menciptakan sifat egois. Karena idealisme Marx menyebut Hegel berjalan di atas kepalanya. Karena itu filsafat yang diusulkan oleh Hegel harus ditinggalkan. Dia lebih cenderung mengusulkan kegiatan yang bersifat praxis. Artinya dalam hal ini Marx kembali kepada fungsi kerja. Manusia menjadi berharga bukan karena apa yang dia miliki tapi apa yang dia kerjakan. Hasil akhir yang digambarkan Marx adalah masyarakat yang bebas dan kreatif. Masing-masing orang dalam pandangan Marx harus dapat bekerja kapan saja dan melakukan hobinya kapan saja sebelum dan setelah kerja. Pada akhirnya Marx membagi manusia dalam dua kelas yaitu kelas ekonomi dan produksi. Negara memiliki kekuasaan untuk mengatur kelas-kelas tersebut sehingga tidak ada yang mendominasi dibanding yang lainnya. Artinya, bertolak belakang dengan Hegel, Marx meniadakan kepemilikan.
Bertolak dari pemikiran Marx dapat diajukan kritik bahwa dia tampaknya sangat mengecilkan dunia dengan membagi manusia hanya dalam du akelas. Marx tidak melihat adanya kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa saja terbentuk seperti ideologi, agama, budaya, politik, identitas kebangasaan, dsb. Selain itu, fungsi negara yang disebut Marx menjadi pengatur kelas-kelas agar tidak ada yang mendominasi juga patut dikritik. Marx anehnya tidak menyebutkan kemungkinan bahwa negara mungkin sekali justru menjadi kelompok yang dominan tersebut. Contohnya dapat dilihat pada negara Korea Utara yang saat ini justru menjadikan pemerintah sebagai kelompok yang dominan dan cenderung otoriter.
Â
Nietzsche
Nietzsche dapat dikatakan sebagai salah satu filsuf yang banyak mengkritik. Korban kritikannya tentu saja tradisi dan nilai kebudayaan Barat. Tidak heran juga jika banyak yang menyebutnya gila. Tulisan-tulisannya juga sangat sulit untuk dipahami. Tradisi Kristiani juga tidak dapat lepas dari kritikannya. Pada satu sisi, Nietzsche memang menawarkan suatu gaya pemikiran yang mendalam. Dia tampaknya mendorong setiap orang untuk mengkaji kembali nilai-nilai yang mereka anut. Selain itu, filsafatnya juga sangat humanis layaknya filsuf zaman modern lainnya.
Salah satu ungkapannya yang terkenal adalah tentang kematian Allah dan kelahiran Superman. Ide tentang Allah disebutnya adalah musuh dari eksistensi. Manusia menjadi sangat tergantung kepada sosok yang diciptakannya itu. Artinya, kalau Allah sudah mati, maka manusia menjadi terlahir kembali. Manusia harus total dalam menjalani hidupnya tanpa menganut keyakinan akan adanya Allah. Bukan hanya konsep tentang Allah, dia juga memandang bahwa tidak ada satu moralpun yang bersifat objektif. Kendati dimikian bukan berarti tidak ada satupun dari moral-moral tersebut yang benar. Nietzsche juga mempertanyakan mengapa kita harus bertindak hanya dengan cara yang dapat dibenarkan oleh orang lain?
Hal menarik lainnya dari tokoh ini adalah bahwa dia tidak mengklaim rasionalitas sebagai satu-satunya alat ukur dalam menilai manusia layaknya Kant dan Descartes. Sama seperti Heideger, dia juga memandang bahwa hal-hal seperti itulah yang menyebabkan manusia kehilangan keotentikannya. Lantas, berangkat dari pemikiran itulah Nietzsche akhirnya banyak mengkritik moral yang dianggapnya sebagai produk dari rasionalitas. Moral dalam sudut pandang Nietzsche hanyalah kesadaran palsu. Akhirnya, Nietzsche berpendapat bahwa hal yang mampu membantu manusia memperoleh kembali keotentikannya dan mengembangkan potensinya adalah melalui estetika. Dalam pemikiran Nietzsche, hidup manusia itu adalah seni yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiharto, Bambang, dkk. 2013. Untuk Apa Seni. Bandung:Matahari.
Hamertsma, Harry. 1983. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta:PT Gramedia.
Tanner, Michael. 2001. Nietzsche: A Very Short Introduction. Oxford University Press.
https://denztrialck.wixsite.com/mysite/single-post/2016/11/04/kritik-terhadap-marxisme (diakses pada 22 Januari 2022, pukul 20. 30)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H