"Aamiin," ujar Najma sambil mengangguk setuju.
Mereka berdua masuk ke bilik suara dan mencoblos kertas suara mereka dengan hati-hati. Mereka memilih Partai Bulan Bintang, partai yang jadi harapan mereka.
Setelah selesai mencoblos, mereka keluar dari bilik suara dan menunjukkan jari mereka yang sudah ditandai dengan tinta. Mereka berdua tersenyum bangga dan lega.
"Selamat ya, kita sudah menggunakan hak pilih kita dengan baik," kata Hilal sambil tersenyum menatap Najma.
"Selamat juga ya, kita sudah berpartisipasi dalam demokrasi," kata Najma sambil membalas senyuman Hilal.
Mereka berdua merasakan getaran di antara mereka, tapi mereka tidak mampu mengatakannya. Mereka hanya bisa saling pandang dengan penuh rasa.
"Tapi, sebenarnya ada satu hal lagi yang ingin saya pilih," kata Hilal sambil menatap mata Najma.
"Apa itu?" tanya Najma dengan penasaran.
"Saya ingin memilih kamu. Saya ingin memilih kamu sebagai pacar saya. Saya ingin memilih kamu sebagai pendamping hidup saya. Saya ingin memilih kamu sebagai cinta sejati saya," kata Hilal sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya.
Najma terkejut dan terharu mendengar pengakuan Hilal. Dia melihat kotak kecil yang dibuka oleh Hilal dan menunjukkan sebuah cincin berlian yang indah.
"Hilal, apa-apaan ini?" tanya Najma dengan gemetar.