"Iya sih, saya memang suka sama kegiatan sosial. Tapi saya juga suka sama politik. Menurut saya, politik itu asyik. Politik itu bukan cuma tentang kekuasaan, tapi juga tentang perubahan. Politik itu bukan cuma tentang konflik, tapi juga tentang solusi. Politik itu bukan cuma tentang diri sendiri, tapi juga tentang orang lain," kata Hilal dengan serius.
"Wow, kamu benar-benar punya passion ya sama politik. Kamu nggak mau ikut gabung sama Partai Bulan Bintang? Kamu kan bisa jadi calon pemimpin yang baik dan berintegritas," puji Najma.
"Ah, nggak usah lebay deh. Saya nggak punya ambisi jadi pemimpin kok. Saya cuma mau berkontribusi sesuai dengan kemampuan dan kapasitas saya. Lagian, buat saya nggak penting jadi pemimpin atau bukan. Yang penting saya bisa berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk bangsa dan negara ini," kata Hilal dengan rendah hati.
"Kamu memang hebat, Hilal. Kamu adalah sahabat yang paling saya kagumi dan sayangi," kata Najma dalam hati.
"Kamu juga hebat, Najma. Kamu adalah sahabat yang paling saya hormati dan cintai," kata Hilal dalam hati.
Mereka berdua saling pandang dengan penuh makna, tapi tidak ada yang berani mengucapkan apa yang ada di hati mereka. Mereka hanya bisa tersenyum dan melanjutkan obrolan mereka tentang politik dan partai bulan bintang.
====
Akhirnya, hari pemilu pun tiba. Hilal dan Najma pergi bersama-sama ke tempat pemungutan suara (TPS) terdekat dari rumah mereka. Mereka berdua sudah siap untuk menggunakan hak pilih mereka dengan bijak dan bertanggung jawab.
"Kamu udah yakin mau milih Partai Bulan Bintang?" tanya Hilal sambil mengambil kertas suara dari petugas KPPS.
"Ya, tentu saja. Partai Bulan Bintang adalah partai harapan untuk Indonesia," jawab Najma sambil mengambil kertas suara dari petugas KPPS lainnya.
"Mari kita berdoa semoga Partai Bulan Bintang bisa lolos parliamentary threshold dan mendapatkan kursi di parlemen," kata Hilal sambil mengajak Najma untuk berdoa bersama.