"Ya udah, jangan ngejek lagi dong," ujar Najma sambil tersenyum manis.
Hilal melihat senyum Najma dan merasakan sesuatu di dadanya. Dia ingin sekali mengatakan bahwa dia suka sama Najma, tapi dia tidak berani. Dia hanya bisa tersenyum balik dan mengalihkan pembicaraan.
"Eh, kamu udah lihat caleg partai bulan bintang belum? Ada yang cakep-cakep nggak?" tanya Hilal sambil membuka smartphone-nya.
"Ya udah lihat dong. Ada kok yang cakep-cakep. Tapi nggak ada yang se-cakep kamu," jawab Najma dalam hati.
"Tapi nggak ada yang menarik perhatian saya sih," jawab Najma dengan cuek.
"Oh, gitu ya? Kalau saya sih ada yang menarik perhatian saya. Namanya Najma. Dia caleg Partai Bulan Bintang nomor urut 7 di daerah pemilihan Jakarta Selatan. Dia cantik, pintar, dan peduli. Dia juga sahabat saya sejak SMA. Kamu kenal nggak?" kata Hilal sambil menunjukkan foto Najma di smartphone-nya.
"Ya ampun, Hilal! Itu kan foto saya waktu ikut lomba pidato kemarin. Kamu ngapain simpen foto saya di smartphone kamu?" tanya Najma sambil memerah.
"Ya, kan kamu caleg Partai Bulan Bintang juga. Saya simpen foto kamu sebagai dukungan moral buat kamu. Lagian, saya suka sama kamu," kata Hilal dalam hati.
"Ya, kan saya cuma ikut lomba pidato aja. Bukan caleg beneran. Saya simpen foto kamu sebagai kenang-kenangan aja. Lagian, kamu sahabat saya," kata Hilal dengan gugup.
Najma merasakan sesuatu di dadanya. Dia ingin sekali mengatakan bahwa dia juga suka sama Hilal, tapi dia tidak berani. Dia hanya bisa tertawa geli dan mengalihkan pembicaraan.
"Ya udah, nggak usah sok-sokan jadi caleg deh. Kamu kan lebih cocok jadi aktivis sosial. Kamu kan suka banget sama kegiatan sosial," kata Najma sambil menepuk pundak Hilal.