Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Love

Dilema Anak Tiri

1 Oktober 2024   13:53 Diperbarui: 1 Oktober 2024   13:54 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar detik.com

Setiap anak manusia sejatinya mempunyai hak yang layak mendapatkan kasih sayang.

Kasih sayang tulus dari kedua orang tua kandung, tetapi nasib sering kali berbeda dalam menghampiri setiap manusia.

Frasa anak tiri terkadang berkonotasi buruk atau negatif, stigma anak tiri tersemat saat orang tua sebelah berjodoh, menikah dengan pasangan lain.

Perlakuan terhadap anak tiri pun kadang tidak berimbang bisa jadi dianggap berat sebelah tatkala sang anak memiliki saingan lain atau saudara tiri lain yang merupakan anak kandung dari pasangan yang sebenarnya.

Baca juga: Pasangan Toxic

Banyak cerita mulai dari derita ayah menyiksa anak sampai anak tiri harus menjadi tulang punggung keluarga dan terakhir sang anak dianiaya sampai dibunuh.

Derita anak tiri sering menjadi kambing hitam bagi kericuhan rumah tangga, sang ibu sering tak percaya pada suami untuk dititipi anak.

Pelecehan seksual kerap terdengar dilakukan sang ayah atau saudara tiri, saat sang anak beranjak gadis.

Cekcok rumah tangga kerap terjadi gara-gara dipicu sang anak, anak tiri menjadi objek dari keangkuhan orang tua.

Dilema anak tiri bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Beberapa penyebab umum meliputi:

Baca juga: Masa Lalu

 * Perasaan tidak aman: Anak tiri sering merasa tidak aman karena khawatir akan posisinya dalam keluarga baru. Mereka mungkin takut tidak dicintai, tidak diterima, atau digantikan oleh anak kandung.

 * Perubahan drastis dalam kehidupan: Perceraian orang tua dan kehadiran orang tua tiri merupakan perubahan besar yang sulit diterima anak-anak. Mereka perlu waktu untuk beradaptasi dengan situasi baru ini.

 * Konflik loyalitas: Anak-anak sering merasa terjebak di antara dua pilihan, yaitu loyalitas kepada orang tua kandung atau orang tua tiri. Hal ini bisa menimbulkan konflik batin dan membuat mereka merasa bersalah.

 * Harapan yang tidak realistis: Terkadang, ada harapan yang terlalu tinggi terhadap hubungan antara anak tiri dan orang tua tiri. Harapan yang tidak realistis ini bisa membuat anak merasa kecewa dan frustrasi.

 * Komunikasi yang buruk: Kurangnya komunikasi yang terbuka dan jujur antara semua anggota keluarga bisa memperburuk situasi dan memicu konflik.

 * Perbedaan gaya pengasuhan: Perbedaan gaya pengasuhan antara orang tua kandung dan orang tua tiri bisa membuat anak bingung dan merasa tidak konsisten.

 * Masalah emosional yang belum teratasi: Anak tiri yang memiliki masalah emosional yang belum teratasi, seperti trauma atau depresi, mungkin akan lebih sulit beradaptasi dengan keluarga baru.

Faktor eksternal yang juga bisa mempengaruhi, seperti:

 * Usia anak: Anak-anak yang lebih tua cenderung lebih sulit menerima kehadiran orang tua tiri.

 * Lama waktu perceraian: Semakin lama waktu sejak perceraian, semakin sulit bagi anak untuk membangun hubungan baru.

 * Hubungan antara orang tua kandung: Hubungan antara orang tua kandung sangat mempengaruhi dinamika keluarga baru.

Untuk mengatasi dilema anak tiri, perlu dilakukan pendekatan yang holistik, melibatkan semua anggota keluarga. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:

 * Membangun komunikasi yang terbuka: Ciptakan suasana yang aman bagi semua anggota keluarga untuk berbagi perasaan dan pikiran.

 * Memberikan waktu dan kesabaran: Membangun hubungan yang kuat membutuhkan waktu. Jangan terburu-buru dan berikan anak waktu untuk beradaptasi.

 * Menghormati perasaan anak: Dengarkan dan hargai perasaan anak, meskipun berbeda dengan pendapat Anda.

 * Mencari dukungan profesional: Jika kesulitan mengatasi masalah, jangan ragu untuk mencari bantuan dari terapis keluarga.

Setiap keluarga memiliki dinamika yang unik. Tidak ada solusi yang cocok untuk semua. Yang terpenting adalah berusaha menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang dan saling mendukung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun