Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Love

Married to The Shadows of The Past

23 Juli 2024   15:59 Diperbarui: 23 Juli 2024   16:59 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisakah rumah tangga yang dibangun atas dasar keterpaksaan, menjadi sebuah rumah tangga yang layaknya diidamkan oleh orang banyak yaitu sakinah mawadah wa rahmah? Adanya ketenangan, kasih sayang, cinta kasih antara suami-istri.

Atau pernikahan yang dibangun atas dasar keterpaksaan ini akan menimbulkan keributan, kericuhan dan pertengkaran di kehidupan selanjutnya.

Rumah tangga itu tidak ada sekolahnya, sekali lagi kita tidak bisa menduga apa yang akan terjadi saat status pernikahan yang berlangsung karena keterpaksaan.

Sedangkan banyak sekali pernikahan yang direncanakan dengan begitu apik, sampai-sampai mampu menghadirkan orang-orang terkemuka, public figure atau bahkan kelas presiden bisa dihadirkan untuk memenuhi undangan pernikahan, tetapi tidak menjamin keberlangsungan rumah tangganya ada dalam ketenteraman, ketenangan.

Bahkan pernikahan-pernikahan selebriti yang sering kita dengar dan sering kita lihat terkadang pernikahan mereka hanya mampu bertahan seumur jagung saja.

Ada banyak hal yang mendorong atau menjadi motif mereka mengakhiri rumah tangga.

Jadi, tidak perlu pesimis bagi pelaku pernikahan yang dibangun di atas keterpaksaan.

Ada semacam adagium "nasi sudah menjadi bubur," hal tersebut memang tidak salah tapi bagaimana caranya bubur itu menjadi bubur spesial sehingga yang tadinya biasa-biasa saja, -yang awal mulanya penuh dengan keterpaksaan, tekanan, aib, rasa malu dan sebagainya bisa kita ubah menjadi nyaman dan damai. Tentu dengan satu syarat memperbaiki diri.

Dalam literatur Islam perbaikan diri disebut dengan taubat. Pelakunya diwajibkan berniat sebenar-benarnya taubat kemudian membenci perilaku tersebut yang menjerumuskan mereka berdua ke dalam lembah keterpaksaan, bahkan dianjurkan untuk selalu bertaubat setiap hari.

Dengan Keyakinan itu bisa jadi yang tadinya sebagai tekanan dan keterpaksaan berubah total menjadi kenyamanan dan kedamaian dalam rumah tangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun