Saat itu dia melihat si Tumang dan tanpa pikir panjang lagi lantas dia panah si Tumang kemudian diambil hatinya.
Setibanya di rumah dia serahkan hati itu, ibunya kegirangan Sangkuriang mendapat hasil buruan yang dia inginkan.
Tapi si Tumang tak nampak dari tadi sang ibu pun bertanya ke mana gerangan si Tumang.
Sangkuriang pun terus terang bahwa hati hewan yang dia serahkan kepada ibunya adalah hati si Tumang.
Betapa kagetnya Dayang Sumbing tanpa sadar dia mengambil gayung dan memukulkannya ke kepala Sangkuriang.
Darah mengalir dari sela-sela rambut Sangkuriang, dengan nada marah Dayang Sumbi mengusir sang anak.
Sangkuriang pun berlari keluar dan tak menyangka ibunya akan semarah itu, padahal dia berniat baik mencarikan makanan untuk ibunya.
Tahun berganti tahun kehidupan Dayang Sumbi nyaris tak berubah. Hidup sebatang kara tanpa ditemani anak atau anjing kesayangannya si Tumang.
Pada suatu hari ada seorang pemburu muda tampan dan gagah. Dayang Sumbi pun terpesona dengan ketampanannya tersebut.
Sang pemuda pun menampakkan rasa ketertarikannya. Setelah berlalu pembicaraan sepasang insan itu terlihat lebih akrab.
Tatkala Dayang Sumbi menyibak rambut Sangkuriang untuk mencari kutu, terlihatlah kulit bekas luka (pitak) di kepalanya.