Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

5 Tips agar Rumah Tangga Meraih Sakinah Mawaddah wa Rahmah

28 Juli 2022   11:35 Diperbarui: 28 Juli 2022   20:09 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Times Jurnalis Indonesia

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram (sakinah)kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih (mawaddah) dan sayang (rahmah). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."

(QS. Ar-Rum 30: Ayat 21)

Ayat di atas menjelaskan tentang tiga kata yang jika tiga kata itu terangkum dalam satu keluarga maka keluarga itu niscaya akan mendapatkan kebahagiaan yang nyata.

Tiga kata itu yakni sakinah, mawaddah dan rahmah. Apa itu sakinah? Sakinah adalah kosakata yang diambil dari bahasa Arab yang berarti diam, tinggal, menetap atau tenang.

Akar kata dari Sakana -yaskunu. Jika disandingkan dengan keluarga maka sakinah bermakna keluarga yang penuh kedamaian, ketenteraman dan ketenangan.

Dari mana sumber ketenangan itu, apakah dari kemapanan ekonomi keluarga atau karena mendapat pasangan yang cantik atau ganteng, atau memiliki banyak anak dan segudang keduniaan lainnya. Tidak, kebahagian itu bukan datang dari semua yang disebutkan tadi.

Semua yang bersifat keduniaan itu fana atau hanya fatamorgana, kesenangan semu dan menipu. Sebab kesenangan hakiki hanyalah bersumber dari perasaan atau hati yang nrimo maksudnya seseorang mampu menerima kenyataan yang ada pada dirinya serta merasa cukup dengan apa yang sudah ada.

Dalam hal rumah tangga dimana bersatunya dua kepala yang berbeda yakni kepala suami dan istri secara otomatis isi dari kepala pun berbeda.

Bagaimana seorang suami mampu menerima segala kekurangan sang istri. Pun sebaliknya.

Ketenangan ini melahirkan rasa cinta (mawaddah) dan sayang (rahmah) antara keduanya. Jadi mawaddah dan rahmah itu terbingkai dalam rasa ketenteraman (sakinah).

Rasa cinta ini tidak datang ujug-ujug namun rasa cinta ini adalah pemberian dari sang Maha Kuasa, begitu pula rasa sayang Allah yang Maha Rahim menjadikan kerahimannya salah satu sifat yang melekat pada diri manusia.

Maka jadilah Mawaddah dan rahmah itu melekat pada sebuah rumah tangga yang diridai Allah. Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa meraih keluarga sakinah tersebut.

Pertama, niat. Dalam mengarungi samudera rumah tangga apa yang menjadi niat sehingga kita ingin membina rumah tangga.

Apa karena terdorong syahwat duniawi saja, atau faktor-faktor lain yang semisalnya, atau mungkin termotivasi oleh agama, bahwasanya agama menganjurkan bagi siapa saja yang telah mampu berumah tangga maka hendaklah dia menikah.

Apa pun yang berlaku maka niat adalah pokoknya. Apa pun akan membuahkan hasil sesuai dengan apa yang dia niatkan.

Untuk meraih keluarga yang penuh ketenteraman (sakinah) maka niat baik atas landasan agama haruslah lebih diutamakan. Banyaknya persoalan yang kelak menghampiri, agama telah menyiapkan beragam solusinya.

Kedua, aturan Allah menjadi acuan dalam rumah tangga. Pentingnya sebuah peta dalam memberi petunjuk arah sama pentingnya dengan aturan Allah sebagai petunjuk hidup agar mendapat petunjuk yang benar dalam mengendalikan biduk rumah tangga.

Dapat kita bayangkan jika seorang nakhoda kapal berlayar tanpa mengetahui petunjuk arah, tentu saja kapal tersebut akan terombang-ambing di tengah kegelapan laut yang begitu luas.

Maka petunjuk yang tertera dalam lembaran-lembaran mushaf al-Quran bisa menjadi pedoman bagi anak manusia dalam mengarungi bahtera rumah tangganya.

Bagaimana seorang suami memimpin keluarga, semua Allah telah lampirkan kaifiyatnya. Bagaimana seorang istri seharusnya bersikap terhadap suami, hubungan antara anak dan orang tua. Semuanya telah Allah jelaskan sempurna dalam al-Quran.

Selama sebuah rumah tangga menerjemahkan perintah Allah di dalamnya maka sakinah pasti diraihnya.

Allah telah perintahkan Adam As. dan pasangannya untuk tinggal di surga dengan tenteram, silakan! makan apa saja yang ada di sana sesukanya. Tapi jangan pernah mendekati pohon larangan. Jika tidak maka dia termasuk orang yang zalim.

Namun Adam As. melanggarnya jadilah dia terusir dari surga.

Rumah tangga adalah surga maka dari itu berpedomanlah kepada aturan-aturan Yang Maha Kuasa. Jika tidak kehancuran rumah tangga pun tak akan terhindar.

Ketiga, musyawarah. Segala urusan yang terjadi setiap hari di kehidupan rumah tangga, hendaknya dimusyawarahkan bersama.

Ingat! Saat kita membangun kesepakatan untuk hidup bersama artinya ada dua isi kepala yang mesti dikompromikan.

Kedewasaan untuk menerima keputusan bersama adalah kunci menuju ketenangan bersama.

Seorang suami tidak harus memaksakan kehendak bila itu tak disetujui sang istri.

Komunikasi yang positif dengan menyediakan waktu khusus untuk saling bercengkerama juga merupakan bumbu-bumbu bagi keberlanjutan rumah tangga yang harmonis.

Begitu juga sang istri, biasanya perempuan lebih banyak kebutuhan pribadinya seperti kebutuhan untuk mempercantik diri, memang itu nalurinya.

Bagaimana mengkomunikasikannya dengan baik terhadap suami, jika keputusannya tidak sejalan dengan keinginan hati, berbesar hati adalah solusinya. Terpenting biduk rumah tangga tidak oleng karena hal-hal sepele.

Keempat, menerima pasangan apa adanya. Saat pertama berumah tangga, masalah itu sepertinya semua menjauh maka lahirlah istilah honey moon atau bulan madu. Sepasang insan yang sedang dimadu cinta.

Kekurangan pasangan pun serasa tak ada yang terlihat, semua tampak sempurna. Begitulah terasa jika "bahtera" baru berlayar sehari dua hari atau sebulan dua bulan.

Kemudian laju bahtera lambat laun ke tengah samudera nan penuh gejolak ombak. Barulah sang nakhoda dan seisi kapal menyadari bahwa dalam mengarungi samudera rumah tangga itu tak ubahnya seperti berlayar ke tengah samudera yang begitu luas dan dalam.

Setelah sekian lama barulah terasa ada banyak masalah menghampiri yang sebelumnya itu hal sepele, bisa jadi pemantik pertengkaran. Asalnya bangun kesiangan, cuci baju sendiri dan sebagainya merupakan hal yang tak dimasalahkan. Hari ini bisa jadi pemicu masalah baru.

Menerima pasangan apa adanya dan saling pengertian merupakan komitmen untuk menjaga bahtera rumah tangga tetap ada dalam keadaan tenang dan tenteram meski badai ujian terus melanda.

Kelima, lupakan orang ketiga. Orang ketiga seringkali menjadi alasan tak masuk akal bagi seseorang untuk mengkhianati kesakralan cinta pasangannya.

Orang ketiga tidak melulu PIL (Pri Idaman Lain) atau WIL (Wanita Idaman Lain). Bisa jadi orang ketiga itu adalah orang tua kita sendiri, mertua kita, anak tiri kita, saudara kita atau bahkan tetangga kita.

Lupakan orang ketiga yang justru kehadirannya membuat rusak rumah tangga, kecuali orang ketiga yang memberi manfaat bagi keberlangsungan rumah tangga.

Dia memberi nasihat-nasihat baik, memberi solusi saat masalah melilit. Selalu libatkan akal sehat dalam memutuskan masalah bukan hanya emosi sesaat.

Itulah 5 tips untuk meraih keluarga sakinah, Mawaddah wa rahmah, dambaan setiap insan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun