Apa pun persepsi kita kepada anak sematkanlah yang baik-baik, sebab persepsi itu akan terus terngiang-ngiang di benak buah hati kita.
Menjadi orang tua idaman tidak harus memiliki kesempurnaan yang paripurna. Namun berusaha selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anak merupakan bekal tersendiri bagi mereka.
Sekali lagi anak bukanlah miniatur orang dewasa jadi perlakuan kita pun tak selayaknya memperlakukan mereka seperti kepada orang dewasa.
Akal anak belum mampu merespons luapan emosi kita, yang ada mereka seperti diintimidasi dan dipojokkan.
Dan hal tersebut tentu tidak baik bagi perkembangan kejiwaan anak.
Agama mengajarkan untuk mendidik anak dengan cara lemah lembut, Penuh kasih sayang.
Bukan dengan cara-cara kasar yang penuh dengan sumpah serapah. Cerita sang Malin Kundang yang dikutuk ibunya menjadi batu, karena kedurhakaannya terhadap sang ibu hanyalah mitos belaka.
Tentu ada hikmah dalam cerita tersebut yakni seorang anak terlarang untuk durhaka kepada orang tua.
Namun jika pun ada perlakuan anak yang nakal dan membuat gusar orang tua, hendaklah bijak dalam mendidiknya. Agar segala harapan yang kita inginkan sedari mengandung itu berbuah manis.
Landasan kita dalam mendidik anak, selain menyesuaikan dengan adat istiadat yang baik di lingkungan di mana kita berada, juga sebagai seorang yang beragama hendaknya tak lupa pula dalam mendidik harus menanamkan nilai-nilainya.
Nabi Saw. Bersabda, "Keridhaan Allah tergantung ridha dari orang tua dan kebencian Allah tergantung kebenciannya," HR. Tirmidzi.