Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengajak Berbuat Baik Harus Dimulai dari Diri Sendiri

3 Desember 2021   16:20 Diperbarui: 3 Desember 2021   17:02 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar koleksi idn time

Dalam surat At-Tahrim ayat  ke 6 Allah Swt. Berfirman:

 "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim 66: Ayat 6)

Menjaga diri sendiri lebih diprioritaskan sebelum yang lain. Bagaimana seseorang akan mengajak kebaikan atau menyuruh orang lain untuk tidak berbuat keburukan. Sementara si pengajak belum memiliki pengetahuan sedikit pun.

Mencari ilmu menjadi wajib bagi dirinya, sebagai  wasilah (perantara) untuk bisa memperbaiki diri, mencegah segala perbuatan buruk yang mungkin saja menghampirinya.

Mengingat kisah para nabi terdahulu yang Allah persiapkan untuk membimbing umat ke jalan yang benar. Mereka ditempa sejak kecil dengan berbagai ujian hidup.

Dari hasil tempaan itulah kemudian Allah memberi mereka ilmu (pengetahuan) dan hikmah tentang hakikat kehidupan sebenarnya.

Kisah Nabi Yusuf as. Adalah sebuah kisah yang sangat masyhur, tatkala dia dibuang ke dalam sumur oleh saudaranya. Kemudian ditemukan oleh sekelompok musafir dan akhirnya dijual di pasar Mesir.

Kesabaran dan keikhlasan menerima setiap takdir yang menimpa terhadap dirinya inilah dikemudian hari membuahkan kebahagiaan.

Nabi Yusuf as. Diberi anugerah ilmu serta hikmah dan menjadi salah seorang di antara utusan Allah Swt.

Mempunyai daerah kekuasaan yang luas sebagai bendahara kerajaan Mesir pada akhirnya mengantarkan saudara-saudaranya yang dahulu tega membuangnya di sumur.

Tempaan Allah terhadap Nabi Yusuf ini merupakan bekal dakwah bagi umatnya. Allah menghendaki Nabi Yusuf as. Memiliki kesabaran dan kecermatan yang tinggi untuk mendakwakan syariat Allah.

Pengetahuan yang Allah ajarkan mampu membuat Nabi Yusuf menjadi orang yang terpercaya dan jujur. Gelar terpercaya (Al-amin) dan jujur (As-Shiddiq) ini kelak tersemat kepada Muhammad Saw. Al-Amin Dan Abu Bakar As -Shidiq.

Setelah selesai ilmu didapat barulah mengajak teman satu rumah kita seperti anak, istri, pembantu rumah tangga.

Selayaknya Rasulullah Saw. Mengajak istrinya Sayidah Khadijah, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah.

Kurang lebih itu makna surat at-tahrim ayat 6, menjaga diri dan keluarga dari api neraka Allah adalah perintah dasar dalam berdakwah. Hakekat dakwah adalah mengajak untuk selamat.

Tantangan terberat dalam dakwah adalah ketika mengajak anggota keluarga untuk bersama-sama berada di dalam ketaatan kepada Allah ta'ala.

Sering kali begitu sulit mengajak anggota keluarga untuk menaati hukum-hukum Allah. Sebagai contoh bagaimana susahnya Nabi Nuh as. mengajak anak dan istrinya supaya menjauhi kemungkaran.

Namun apa daya usaha nabi Nuh as. harus kandas diterjang air bah yang menghantam semua yang ada di hadapannya tak terkecuali anak dan istri nabi Nuh as. Karena mereka berdua termasuk orang-orang yang dzalim.

Cerita lain tentang nabi Luth as. Yang dikhianati istrinya. Akhirnya sang istri diazab bersama dengan kaum Luth yang durhaka.

Lain lagi dengan kisah nabi Ibrahim as. ayahandanya seorang pemahat patung adalah tantangan paling besar bagi diri sang nabi karena risalah yang diemban adalah monoteisme sementara sang ayah seorang penyembah berhala.

Bagaimana nabi Ibrahim harus berdamai dengan hatinya di satu sisi risalah Allah mesti disampaikan, di sisi lain penentang utama adalah ayah kandungnya sendiri.

Bagi semua utusan berkewajiban menyampaikan risalah Ilahi, selebihnya Allah yang menentukan.

Berdakwah pada kerabat dekat

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Q.S. Asy-Syu'ara ayat 214 -- 217.

"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.

Kemudian jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.

Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang."

Ayat di atas merupakan perintah langsung dari Allah Swt. Kepada Rasulullah Saw., Namun maknanya ayat tersebut merupakan perintah juga bagi umatnya.

Bagi setiap Muslim setelah mampu membenahi diri sendiri dan keluarganya maka langkah selanjutnya adalah membenahi kerabat terdekatnya.

Menebar ajaran Allah dan Rasul-Nya, berkait dengan kepercayaan hanya kepada Allah semata, mengikuti praktik ibadah yang sesuai dengan contoh Rasullah Saw.

Tanpa ada paksaan sedikit pun untuk mengikuti apa yang kita sampaikan, jika pun mereka menolak, mereka masih tetap kerabat kita. Bersosialisasi seperti biasa tak ada perubahan sikap atau perilaku kita kepada mereka.

Tetap saling menghormati sesama kerabat, hal itu terlihat dari uswah (teladan) Rasulullah ketika berbeda pandangan dengan kerabat-kerabatnya sesama suku Quraisy.

Karena esensi dari mengajak kepada kebaikan adalah terciptanya kedamaian dan kebahagiaan, jadi akan sangat bertolak belakang jika dakwah diwujudkan dengan pemaksaan atau bahkan kekerasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun