"Baik, kalau begitu. Tidurlah sekarang, Nak. Besok kamu mesti sekolah pagi-pagi."
"Iya, Bu."
Ibu Andi lalu beranjak bangun dari kursi di samping tempat tidur Andi, dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar tidur Andi itu. Sebelum ia hendak mematikan lampu, Andi menanyakan kepadanya.
"Ibu, apakah Mak Petir itu benar-benar ada?"
Ibu Andi lalu menyeringai, dan memastikan wajahnya terlihat oleh Andi sebelum ia mematikan lampu. Lalu klik! lampu itu ia matikan. Sambil menutup pintu, ia berkata, diusahakannya seintens mungkin.
"Kamu coba saja, Nak, bermain di luar sampai malam, kalau bertemu sampaikan salam Ibu ya."
Saat pintu sudah tertutup, ibu Andi melangkahkan kakinya menuju basement, tempat dimana arit dan batu asahnya sudah menunggu.
[04-2016]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H