Mohon tunggu...
23
23 Mohon Tunggu... -

dua tiga hidupmu sepi; dimana dapat lepaskan dahaga, dua tiga mencari tepi; boleh-bolehlah disini juga.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mak Petir

30 April 2016   14:57 Diperbarui: 30 April 2016   15:06 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukankah sudah terlambat untuk itu?" Lalu sebuah tendangan ke tubuh Kimo membuat tubuhnya terjerembap.

Hujan mulai meneteskan bagian-bagiannya.

Kilatan cahaya sejenak menerangi wajah si pemilik suara itu, dan Kimo sekilas melihatnya, sambil merayap mundur sebisanya. Lalu sebuah kilat menyambar lagi, dan Kimo melihat dengan lebih jelas lagi.

---

"I..I..Ibu?", ujarnya terbata-bata, bercampur antara ketakutan dan ketegangan.

"Apa maksudmu, anak kecil?" tanya suara itu kemudian.

"Ibu, sudah dong, Andi sudah ketakutan nih," ujar Andi memohon.

"Hm, begitu rupanya. Yakin kamu sudah ketakutan?" tanya ibu Andi kepadanya.

"Iya, Bu. Andi janji untuk tidak lagi main di luar sampai hari gelap. Andi akan pulang ketika matahari masih bersinar Bu. Janji," Andi memelas memohon iba ibunya.

"Benar kamu berjanji?" ibunya memastikan untuk terakhir kali, bahwa anaknya yang bandel ini akan mendengar perkataannya.

"Janji, Bu, Andi janji."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun