Mohon tunggu...
23
23 Mohon Tunggu... -

dua tiga hidupmu sepi; dimana dapat lepaskan dahaga, dua tiga mencari tepi; boleh-bolehlah disini juga.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mak Petir

30 April 2016   14:57 Diperbarui: 30 April 2016   15:06 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Baik, kalau begitu. Tidurlah sekarang, Nak. Besok kamu mesti sekolah pagi-pagi."

"Iya, Bu."

Ibu Andi lalu beranjak bangun dari kursi di samping tempat tidur Andi, dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar tidur Andi itu. Sebelum ia hendak mematikan lampu, Andi menanyakan kepadanya.

"Ibu, apakah Mak Petir itu benar-benar ada?"

Ibu Andi lalu menyeringai, dan memastikan wajahnya terlihat oleh Andi sebelum ia mematikan lampu. Lalu klik! lampu itu ia matikan. Sambil menutup pintu, ia berkata, diusahakannya seintens mungkin.

"Kamu coba saja, Nak, bermain di luar sampai malam, kalau bertemu sampaikan salam Ibu ya."

Saat pintu sudah tertutup, ibu Andi melangkahkan kakinya menuju basement, tempat dimana arit dan batu asahnya sudah menunggu.

[04-2016]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun