Itulah sebabnya salah satu ciri perkawinan orang yang pasif & bergantung adalah mereka sangat kaku soal pembagian peran. Mereka berupaya membuat ketergantungan mereka semakin tinggi dan bukan sebaliknya, dan akibatnya perkawinan mereka lebih menyerupai perangkap padahal seharusnya tidak demikian. Apa yang mereka lakukan, atas nama apa yang mereka sebut cinta padahal sebetulnya ketergantungan, membuat kebebasan dan perkembangan mereka sendiri dan pasangan semakin berkurang.
Ada kalanya, sebagai bagian dari proses di atas, setelah menikah orang yang pasif & bergantung akan 'menghilangkan' kemampuan yang mereka kuasai sebelum menikah.
Contohnya bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari;Â antara lain sindroma isteri yang "tidak bisa" mengemudi. Ada memang isteri yang belum pernah belajar mengemudi sebelumnya, tapi yang lain, dengan alasan pernah mengalami kecelakaan kecil, setelah menikah lama-lama mengidap "fobia" mengemudi mobil dan tidak mau lagi membawa kendaraan.
Dampak dari "fobia" pada keluarga yang kebanyakan tinggal di daerah pedesaan dan pinggiran kota adalah sang isteri menjadi tergantung sepenuhnya pada suami dan ketidakberdayaannya membuat sang suami tidak bisa ke mana-mana. Sang suamilah yang kemudian harus berbelanja untuk keluarga atau mengantar sang isteri ke mana-mana untuk berbelanja.
Karena keduanya merasa kebutuhan mereka untuk menggantungkan diri satu sama lain bisa terpenuhi, kondisi di atas tidak mereka lihat sebagai sesuatu yang salah atau sebagai masalah yang perlu ditangani.
[bersambung ke bagian 9]
Diterjemahkan dari buku The Road Less Traveled (Section: Love), karya M. Scott Peck
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H