Mohon tunggu...
DuaBahasa
DuaBahasa Mohon Tunggu... Freelancer - Words are mighty powerful; it's the Almighty's word that perfected our universe

Terus mencoba membuat alihan bahasa yang enak dibaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rawana Kaku

10 Oktober 2021   20:06 Diperbarui: 10 Oktober 2021   20:08 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemandangan yang membuatnya terpukau. Anak-anak sedang duduk-duduk di atas dahan. Di setiap pohon, ada seorang anak kecil. Pohon-pohon itu kembali dipenuhi bunga, dan ranting mereka mengayun ke kiri dan ke kanan di atas kepala anak-anak. Burung-burung beterbangan di ketinggian, dan berkicauan gembira. Bunga-bunga mengintip dari sela-sela rumput hijau dan tertawa bahagia.

Tapi di sudut taman, Musim Salju masih enggan pergi. Di ujung sana, berdiri seorang anak laki-laki kecil. Tubuhnya mungil. Susah-payah sang anak mencoba meraih ranting pohon di atasnya. Sembari menangis, ia berjalan memutari pohon.  Pohon itu masih tertutup es dan salju, dan Angin Utara masih menderu-deru.

   "Ayo naik, Nak," ajak sang pohon, seraya merebahkan rantingnya serendah yang ia bisa. Sayang, sang anak terlalu mungil.

   Dan hati Rawana yang membatu pun melembut ketika melihat semua itu.

   "Selama ini, hanya kepentinganku yang aku pikirkan! Mengerti aku kini mengapa Musim Semi tidak ingin ke mari. Karena aku hanya peduli dengan diri sendiri."

   Diam-diam ia turun dari lantai atas, dan perlahan-lahan sekali pintu depan kastil ia buka. Ia masuk ke taman. Anak-anak menoleh ke arahnya, lalu menghambur pergi. Musim Dingin pun kembali ke taman.

   Hanya anak laki-laki itu yang tidak beranjak. Ia masih tersedu; tak dilihatnya Rawana menghampiri. Diam-diam, Rawana mendekatinya dari belakang, lalu mengangkatnya perlahan dengan tangannya yang raksasa. Diletakkannya sang anak di atas pohon.

   Dalam sekejap pohon itu pun berbunga, dan burung-burung datang dan berkicau riuh. Si mungil mengulurkan tangan dan merangkulkannya ke sekeliling leher Rawana. Diciumnya sang raksasa.

   Anak-anak yang lain terpana menyaksikan itu. Sesaat kemudian, mereka kembali berlarian riang masuk ke taman. Dan Musim Semi masuk bersama mereka

   "Taman ini milik kalian sekarang, Anak-Anak," kata Rawana. Ia kemudian merubuhkan tembok di sekeliling taman.

   Sepanjang hari itu, anak-anak bermain di taman, dan ketika sudah sore mereka berpamitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun