Secangkir kopi terhidang dimeja depan TV.Sambil menggerakkan leher kekanan 2 kali kekiri 2 kali
kuangkat remot TV.Tombol merah disudut kiri kupencet berkali kali.Kugoyang kesana kemari bak
Valentino Rossi berkelok meliuk liuk saat balap moto gp.Tak ada reaksi.Kulihat sekali ,ternyata itu
tombol Mute,bukan tombol Power.
“Sialan,aku bangun terlalu pagi”
Tak berapa lama channel kuganti.Tapi hanya iklan yang kudapati.Acara yang kunanti masih belum
dimulai.Mengisi jarak diantara itu,aku kembali ke kamar mengobrak abrik sprey,tumpukan
buku,membolak balik isi lemari tak kutemukan yang kucari.Seingatku malam tadi,kutaruh diatas
meja,disamping kiri keyboard.Satu satunya tempat yang belum kusisir adalah kolong dipan.Tempat
paling menyeramkan malam jum’at kliwon.Barangkali,ada kuntilanak yang mengira rokok sebatang itu
adalah sajen untuk pajak keamanan.Aku tak peduli jika yang kutemukan nanti adalah sisanya.Daripada
sama sekali tidak ada tanda keberadaannya,paling tidak jika menemukan abu akan membuatku
berhenti mencarinya.Kulongok kebawah …….
Kulihat Jonru disana.
“Eh ,Jonru…sini nak kasih ke Papa”
“Emang Jonru,mau ngerokok??”
“Megang korek saja nggak bisa kok..”
Matanya terbuka malas,nyawanya masih belum terkumpul.Disodorkannya bungkusan rokok DunHill ke
arahku..
“Meoowww”
“Eh anak pinter,….” Ku elus elus kepalanya.
Bergeleng ia dengan manja.
Bergegas aku menuju ruang TV.Kunyalakan api.Acara yang kunanti sudah dimulai.Insert Pagi.Informasi
Seputar Selebriti Pagi.
***
Pria ini masih bercerita.Pikiranku mulai tumpul untuk meneguk tiap kalimat yang keluar dari
mulutnya.Meski duduk berjejer dibawah pohon rindang memunggungi sengat pagi,itu masih tak cukup
untuk membuat sepasang kuping merasa nyaman.Jika pikiranku adalah bumi,mungkin saat ini sedang
mengelupas bak tanah kering dibawah kemarau panjang.Coba bayangkan,aku harus mendengarkan
ocehan seorang pria selama lebih dari 40 jam tanpa jeda.Tanpa ishoma.Perut keroncongan,muka
keriput,kerongkongan kering kerontang.Dan sepertinya,diantara kami berdua,hanya aku yang punya
persiapan paling matang untuk mengakhiri percakapan.Makhluk apakah dia?Kenapa tak sedikit pun letih
memancar dari wajahnya?Kenapa dia bisa tahu bahwa aku sedang berada di kegelapan?Kenapa dia
bersikap seolah olah dirinya adalah segalon air di tengah padang gurun?
Jangan pikir aku seorang homo.Duduk berduaan dengan seorang pria dibawah pohon rindang.Aku masih
kuat untuk sekedar membelalak menikmati paha dibawah celana gemes.Meski kadang berpura pura
nyinyir tentang mereka.Tetap saja cabe cabean dan pria adalah satu kesatuan.
Aku menyebutnya kakek putih.Datang berkawal cahaya putih.Berjubah putih.Jenggot tebal
putih.Rambut memutih.Meski semua nampak serba putih,namun aku tak akan berspekulasi apa apa
yang belum nampak oleh mataku juga serba putih.
Jika dugaanku benar.Aku akan tahu kenapa kakek ini tak merasa letih sedikit pun.Aku akan tahu
identitas atau pun kekuatan super yang membuat kakek ini tahan lapar,tahan haus,dan selalu terlihat
bugar.Aku akan tahu kenapa selama 30 jam terduduk disini tak terdengar suara adzan sekali
pun.Caranya adalah menceburkan diri ke kolam atau naik keatas pohon kemudian menghuyungkan
badan agar terjatuh.
Dan aku akan memilih cara kedua.Karena aku masih belum siap untuk mati.Apalagi mengundang orang
orang untuk datang melihat jenazahku mengapung di kolam.Bisa dikira aku ini larahan sisa sisa gusuran
yang tak sengaja ikut terbuang.
Seandainya ini adalah dunia nyata,jika jatuh dari pohon mungkin hanya lecet lecet saja kan?Iya, kan?
***
Kepalaku masih mual.Disumpal pengap yang berputar putar.Semakin aku mengingatnya,semakin tebal
asap yang dibawa.Memenuhi rongga rongga dada.Jika dada terasa sesak,itu adalah pertanda.Pertanda
bahwa dada yang kupunya,masih tak cukup lapang untuk menerima.Jalan lain hampir tak ada.Yang
memiliki sedikit celah untuk ditembus pekat adalah mata.Jika mampu menusuk nusuk hingga beberapa
bulir air keluar darinya,ada mitos dada akan terasa lega.Dan nasib sesak tak akan sama.Tak akan lama.
Ini adalah hari ketiga sejak kau memutuskan untuk memilih pria tua pilihan bapakmu.
“Yen pegawai kan urippe luwih terjamin lee….” Begitu argument bapakmu.
Yang aku mengerti,bapakmu telah melawan hukum Alam.Ia lupa,roda itu berputar.Ada saat dimana
yang dibanggakan akan dihinakan,dan akan ada saat dimana yang dihinakan akan dibanggakan.Dan aku
mengerti dalam keadaan seperti ini aku tak perlu mempertanyakan “Gusti Allah mboten sare”.
Jika bukan karena kakek putih yang kutemui saat Lucid Dream malam tadi aku tak akan rela menukar
sehari gajiku untuk menonton acara sesampah ini.Pantas saja terasa sangat lama,ternyata aku masuk
mimpi lapis ke-2.Untung saja tak terdampar dilapis ke-4,bisa bisa aku tersesat.Kehilangan jalan
pulang.Juga kehilangan Jonru karena tak akan ada yang memberinya makan.Ia akan mati kelaparan jika
sampai aku tak pulang.Manusia yang mana yang akan peduli dengan kucing kampung berpenyakit kulit
dan cacat?
Sebagaimana lazimnya orang yang sedang putus asa,aku akan melakukan apa saja untuk menyambung asa.Termasuk menuruti petuah konyol kakek putih :
“Tontonlah acara,Insert Pagi ini”
Begitu teriaknya dengan lantang sebelum aku memaksa menjatuhkan diri dari pohon dan terbangun dari
mimpi.
Kuseruput kembali secangkir kopi.Jika ini adalah sinetron,aku akan menjatuhkan gelas ini hingga
menjadi beberapa kepingan untuk menunjukkan ekspresi terkaget kaget.Gumun.Tidak percaya dengan
apa yang kulihat dan kudengar dari pembawa acara TV.
Secangkir kopi terhidang dimeja depan TV.Sambil menggerakkan leher kekanan 2 kali kekiri 2 kali
kuangkat remot TV.Tombol merah disudut kiri kupencet berkali kali.Kugoyang kesana kemari bak
Valentino Rossi berkelok meliuk liuk saat balap moto gp.Tak ada reaksi.Kulihat sekali ,ternyata itu
tombol Mute,bukan tombol Power.
“Sialan,aku bangun terlalu pagi”
Tak berapa lama channel kuganti.Tapi hanya iklan yang kudapati.Acara yang kunanti masih belum
dimulai.Mengisi jarak diantara itu,aku kembali ke kamar mengobrak abrik sprey,tumpukan
buku,membolak balik isi lemari tak kutemukan yang kucari.Seingatku malam tadi,kutaruh diatas
meja,disamping kiri keyboard.Satu satunya tempat yang belum kusisir adalah kolong dipan.Tempat
paling menyeramkan malam jum’at kliwon.Barangkali,ada kuntilanak yang mengira rokok sebatang itu
adalah sajen untuk pajak keamanan.Aku tak peduli jika yang kutemukan nanti adalah sisanya.Daripada
sama sekali tidak ada tanda keberadaannya,paling tidak jika menemukan abu akan membuatku
berhenti mencarinya.Kulongok kebawah …….
Kulihat Jonru disana.
“Eh ,Jonru…sini nak kasih ke Papa”
“Emang Jonru,mau ngerokok??”
“Megang korek saja nggak bisa kok..”
Matanya terbuka malas,nyawanya masih belum terkumpul.Disodorkannya bungkusan rokok DunHill ke
arahku..
“Meoowww”
“Eh anak pinter,….” Ku elus elus kepalanya.
Bergeleng ia dengan manja.
Bergegas aku menuju ruang TV.Kunyalakan api.Acara yang kunanti sudah dimulai.Insert Pagi.Informasi
Seputar Selebriti Pagi.
***
Pria ini masih bercerita.Pikiranku mulai tumpul untuk meneguk tiap kalimat yang keluar dari
mulutnya.Meski duduk berjejer dibawah pohon rindang memunggungi sengat pagi,itu masih tak cukup
untuk membuat sepasang kuping merasa nyaman.Jika pikiranku adalah bumi,mungkin saat ini sedang
mengelupas bak tanah kering dibawah kemarau panjang.Coba bayangkan,aku harus mendengarkan
ocehan seorang pria selama lebih dari 40 jam tanpa jeda.Tanpa ishoma.Perut keroncongan,muka
keriput,kerongkongan kering kerontang.Dan sepertinya,diantara kami berdua,hanya aku yang punya
persiapan paling matang untuk mengakhiri percakapan.Makhluk apakah dia?Kenapa tak sedikit pun letih
memancar dari wajahnya?Kenapa dia bisa tahu bahwa aku sedang berada di kegelapan?Kenapa dia
bersikap seolah olah dirinya adalah segalon air di tengah padang gurun?
Jangan pikir aku seorang homo.Duduk berduaan dengan seorang pria dibawah pohon rindang.Aku masih
kuat untuk sekedar membelalak menikmati paha dibawah celana gemes.Meski kadang berpura pura
nyinyir tentang mereka.Tetap saja cabe cabean dan pria adalah satu kesatuan.
Aku menyebutnya kakek putih.Datang berkawal cahaya putih.Berjubah putih.Jenggot tebal
putih.Rambut memutih.Meski semua nampak serba putih,namun aku tak akan berspekulasi apa apa
yang belum nampak oleh mataku juga serba putih.
Jika dugaanku benar.Aku akan tahu kenapa kakek ini tak merasa letih sedikit pun.Aku akan tahu
identitas atau pun kekuatan super yang membuat kakek ini tahan lapar,tahan haus,dan selalu terlihat
bugar.Aku akan tahu kenapa selama 30 jam terduduk disini tak terdengar suara adzan sekali
pun.Caranya adalah menceburkan diri ke kolam atau naik keatas pohon kemudian menghuyungkan
badan agar terjatuh.
Dan aku akan memilih cara kedua.Karena aku masih belum siap untuk mati.Apalagi mengundang orang
orang untuk datang melihat jenazahku mengapung di kolam.Bisa dikira aku ini larahan sisa sisa gusuran
yang tak sengaja ikut terbuang.
Seandainya ini adalah dunia nyata,jika jatuh dari pohon mungkin hanya lecet lecet saja kan?Iya, kan?
***
Kepalaku masih mual.Disumpal pengap yang berputar putar.Semakin aku mengingatnya,semakin tebal
asap yang dibawa.Memenuhi rongga rongga dada.Jika dada terasa sesak,itu adalah pertanda.Pertanda
bahwa dada yang kupunya,masih tak cukup lapang untuk menerima.Jalan lain hampir tak ada.Yang
memiliki sedikit celah untuk ditembus pekat adalah mata.Jika mampu menusuk nusuk hingga beberapa
bulir air keluar darinya,ada mitos dada akan terasa lega.Dan nasib sesak tak akan sama.Tak akan lama.
Ini adalah hari ketiga sejak kau memutuskan untuk memilih pria tua pilihan bapakmu.
“Yen pegawai kan urippe luwih terjamin lee….” Begitu argument bapakmu,Fann.
Yang aku mengerti,bapakmu telah melawan hukum Alam.Ia lupa,roda itu berputar.Ada saat dimana
yang dibanggakan akan dihinakan,dan akan ada saat dimana yang dihinakan akan dibanggakan.Dan aku
mengerti dalam keadaan seperti ini aku tak perlu mempertanyakan “Gusti Allah mboten sare”.
Jika bukan karena kakek putih yang kutemui saat Lucid Dream malam tadi aku tak akan rela menukar
sehari gajiku untuk menonton acara sesampah ini.Pantas saja terasa sangat lama,ternyata aku masuk
mimpi lapis ke-2.Untung saja tak terdampar dilapis ke-4,bisa bisa aku tersesat.Kehilangan jalan
pulang.Juga kehilangan Jonru karena tak akan ada yang memberinya makan.Ia akan mati kelaparan jika
sampai aku tak pulang.Manusia yang mana yang akan peduli dengan kucing kampung berpenyakit kulit
dan cacat?
Sebagaimana lazimnya orang yang sedang putus asa,aku akan melakukan apa saja untuk menyambung asa.Termasuk menuruti petuah konyol kakek putih :
“Tontonlah acara,Insert Pagi ini”
Begitu teriaknya dengan lantang sebelum aku memaksa menjatuhkan diri dari pohon dan terbangun dari
mimpi.
Kuseruput kembali secangkir kopi.Jika ini adalah sinetron,aku akan menjatuhkan gelas ini hingga
menjadi beberapa keping untuk menunjukkan ekspresi terkaget kaget.Gumun.
Tidak percaya dengan
apa yang kulihat dan kudengar dari pembawa acara TV.
“Di duga sudah tak perawan,Ateng Fikry menceraikan istri yang baru dinikahi 2 hari lewat sms”
“Dia juga ngaku kok,sering gituan dengan teman kantornya”
Dan ludah mengakhiri kisah dipagi ini.