Ujang hanya menggeleng lemah. "Bukan aku, aku belum sempat malaksanakan niatku. Rupanya memang sudah ada perampok yang masuk duluan", Ujang mengusap wajahnya, menarik napas dadanya yang sesak oleh penyesalan.
"Orang-orang melihat kamu?", Puspa bertanya
"Ya... semua orang di pasar melihat aku yang ada didalam koperasi itu".
Puspa dan Diah diam... bisa membayangkan penyesalan dan ketakutan yang di rasakan Ujang. Ujang sedang menjadi buronan polisi sekarang.
Jam 2 dini hari, Agus dan Saiful di kagetkan dengan suara pintu gudang tempat tinggalnya di buka dengan terburu-buru. Ketiga gadis teman sekampungnya Wiwit, Puspa dan Diah memburu masuk seakan sedang di kejar penjahat.
"Ada apa nih, ngagetin aja", Agus bersungut-sungut menyalakan lampu teplok di dinding.
"Gawat nih Gus, gawat", Puspa langsung menceritakan pertemuannya dengan Ujang di halte tadi, Saiful ikut mendengarkan dari tempat tidurnya.
Suasana hening setelah Puspa menyelesaikan ceritanya. "Gimana nih... koq diem aja, kasian Ujang", Wiwit memecah kebisuan.
"Gimana ya...", Agus menggaruk-garuk kepalanya yang berketombe
"Ke polisi aja, kita minta petunjuk, yang penting Ujang bisa buktikan dia tidak bersalah gak perlu takut, betul nggak?", Saiful menyarankan. "Dari pada jadi buronan begini?".
"Betul itu Ful, kamu biar item tapi pinter juga...", Diah membenarkan.