KABAR DUKA kembali menyelimuti tanah air, setelah KRI NANGGALA 402 ditemukan dalam kondisi terbelah menjadi 3 bagian. KRI Nanggala 402 akhirnya ditemukan di kedalaman 828 meter di perairan Bali, seperti yang disampaikan oleh PANGLIMA TNI.Â
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, 53 Prajurit terbaik yang dimiliki bangsa Indonesia gugur dalam mengemban amanah menjaga kedaulatan NKRI. DUKA CITA tidak hanya dirasakan oleh keluarga korban dan keluarga besar TNI AL, akan tetapi duka mendalam juga dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Â
Dalam pandangan agama Islam, orang yang mati tenggelam dikategorikan mati syahid, dan syurga sudah menanti para syuhada tersebut. Selamat jalan para patriot bangsa, dalam dekap sunyi samudera namamu abadi.
Para korban KRI Nanggala tidak hilang, akan tetapi mereka tenggelam jauh 'mengarungi samudera berpatroli untuk selamanya'. Mereka pulang kampung' memenuhi panggilan sang pemilik manusia menuju kampung akherat nan abadi.Â
Setiap yang bernyawa pasti menemuai kematian. Inilah saat ajal tiba, tidak sedetik pun bisa diundur atau dimajukan, dan tak ada yang tahu dimana dan bagaimana cara kematian itu datang menghampiri manusia. Sungguh, dari Nya kita datang, dan kepada Nya pula kita dikembalikan.
Andai saja ada rekaman detik detik kapal retak, lalu perlahan pecah dan tenggelam , entah bagaimana kondisi penumpang di dalam kapal selam yang kehabisan oksigen. Ketegangan, ketakutan  dan teriakan para penumpang dan crew kapal termasuk sang kapten pasti terjadi.Â
Akhirnya semuanya terdiam hening berhenti terhunjam dan pasrah tenggelam di kedalaman 828 meter di dalam laut. Tidak ada cara lain, hanya doa dan empati yang dapat kita berikan kepada seluruh penumpang yang menjadi korban.Â
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan di ridhoiNya. Maka masukklah kedalam golongan hamba hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku" (Al-Fajr; 27-30). Dan bagi keluarga yang ditinggalkan semoga diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menerima cobaan ini.
Dari tragedi tenggelamnya NANGGALA 402 itu, ada beberapa CATATAN PENTING bagi kita yang masih diberi kesempatan hidup oleh Allah SWT. Â
PERTAMA, semua musibah dan kejadian sekecil apaun di atas dunia ini pasti atas izin dan ketetapan Allah 'Azza wa jalla, sang Maha Penguasa. Jangankan kapal tenggelam, daun kering jatuh dari rantingnya pun pasti atas izin-Nya.Â
Dalam surah at Taghaabun ayat 11 Allah berfirman; ...tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu...
KEDUA, luruskan dan benahi keimanan kita kepada Allah SWT. Dengan iman yang benar dan lurus maka perbuatan kita pun akan benar dan lurus. Sebab dengan perbuatan yang benar dan lurus, maka akan membawa kebaikan bagi seluruh alam semesta.Â
Iman identik dengan aman. Iman yang benar akan membawa kedamaian dan keamanan bagi umat manusia. Boleh jadi banyaknya musibah di tanah air, diakibatkan oleh tangan tangan jahat manusia sehingga Allah murka akibat kita bangga dengan dosa dosa. Allah berfirman dalam surat ar Rum ayat 41: ... telah nampak kerusakan baik di darat mapun di lautan, akibat perbuatan tangan manusia. Â
KETIGA, bahwa kematian itu suatu keniscayaan, tinggal menunggu waktu dan giliran. Kapan dan dimana kita mati itu urusan Sang pemilik ruh, Allah SWT. Jika ajal tiba, tak bisa ditunda atau dimajukan sedetik pun. Kita pasti menemui ajal.Â
Untuk itu, mati tidak perlu dikejar atau tidak perlu dihindari, ia pasti datang. Mati tidak melihat usia, jenis kelamin kedudukan sosial seseorang. Raja mati, rakyat jelata mati. Yang bugar dan sehat saja bisa mati apa lagi yang sakit. Bayi, anak anak, yang muda juga mati apa lagi orang tua semua pasti mati. Kita hanya menanti jadwal kematian.
Pesan indah dari almarhum ustadz Arifin Ilham, hidup bukan untuk hidup, tetapi hidup untuk yang Maha Hidup. Hidup bukan untuk mati, tetapi mati itulah untuk hidup. Kita jangan takut mati, jangan mencari mati, jangan lupakan mati, tapi rindukan mati. Karena, mati adalah pintu berjumpa dengan Allah SWT
KEEMPAT, jadikan setiap tragedi kematian sebagai pelajaran dan peringatan, baik mati karena kecelakaan, mati karena sakit atau mati mendadak. Bukan mati yang kita takutkan, namun persiapan untuk menghadapi maut itu yang penting kita siapkan. Sebesar dan sebanyak apa bekal yang sudah dipersiapkan untuk menempuh perjalanan panjang kampung nan abadi.
KELIMA, ternyata hidup di dunia singkat hanya sekejap mata. Siklus kehidupan manusia berawal dari segumpal darah, lalu menjadi  daging, kemudian menjadi janin, lahir menjadi bayi, tumbuh berkembang menjadi anak remaja, dewasa, tua dan akhirya mati kembali ke tanah. Akan tetapi ingat, bahwa itu semua adalah hayaatuddunyaa permainan dunia, hanya sementara dan akan ditinggal selamanya.Â
"Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, sedangkan negeri akhirat itu lebih baik bagi orang orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?" (QS Al An'am 32).Â
Untuk itu jangan kita sia siakan sisa umur kita ini, jangan biarkan waktu  berlalu begitu saja, mumpung masih diberi waktu. Segeralah minta ampun bertaubat, isilah sisa sisa umur kita dengan selalu taat kepada perintah Allah SWT seperti sholat, memperbanyak istighfar, zikir, salawat, sedekah, infaq dan wakaf dalam upaya membantu sesama. Dengan infaq dan sedekah mudah mudahan segala wabah dan bencana dapat kita cegah.
KEENAM, bagi Pemerintah dalam hal ini TNI AL selaku regulator dan operator yang bertanggungjawab secara teknis terhadap musibah ini, seharusnya kejadian ini menjadi momentum untuk mengevaluasi dan mengawasi secara ketat dan total kepada alutsista TNI AL dari hulu hingga hilir.Â
Mulai dari regulasi, maintenance (perawatan mesin dan suku cadang kapal dan SDM yang merawat kapal),  pengawasan yang ketat dan komprehensif terhadap semua jenis peralatan perang termasuk kapal selam. Mengapa kapal bisa retak dan pecah berkeping keping, apakah kapal benar benar laik untuk berlayar. jika tidak laik berlayar kenapa harus berlayar. Tentu nanti ada penjelasan teknis  dari pihak yang berwenang,  jangan ada yang ditutup tupi.Â
Demikian juga bagi kementerian Perhubungan dan jajarannya, peristiwa ini harus menjadi momentum untuk memperbaiki manajemen Pelayaran. Sudah  sering  kita menyaksikan kapal karam karena over kapasitas, kapal terbakar lalu tenggelam. Pemerintah jangan abai, sepatutnya  terus mengawasi manajemen perusahaan pelayaran di tanah air. Jangan ragu dan takut mengambil tindakan tegas untuk mencabut izin berlayar bagi operator yang 'nakal' yang hanya mengejar keuntungan dan mengabaikan faktor safety. SEMOGA MENJADI RENUNGAN, DEMI KESELAMATAN BERSAMA...
Penulis: Dosen Senior IAIN Pontianak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H