"sudahi semua drama cinta-cintaan ini Ra! Seharusnya kamu tahu diri, siapa orang yang kamu cinta itiu, dia tidak sebanding denganmu." ucap bunda ketika itu, sembari melempar barang-barang kenangan aku sama Hanz di depan banyak mahasiswa dan guru.
Hanz sendiri pada waktu itu sudah tak pernah datang ke kampus. Ia memang sengaja akan di pindahkan ke luar Negeri, hanya agar tidak berjumpa denganku lagi.
Dari awal, bunda memang tidak pernah suka dengan hubungan ini. Namun kita selalu berpikir, bahwa kita bisa merahasiakannya. Namun, lambat laun semua tercium baunya, sampai aku sendiri harus menanggung bretapa sakit di permalukan di hadapan banyak orang.
Namun dengan egoisnya, aku masih mencari dan menunggunya sampai detik dimana perpisahan itu menjadi kenyataan. Ketika aku sudah tak bisa menggapainya atau sekedar memandangnya dari kejauhan.
Namun sebelum itu, ada banyak hal yang ingin kusampaikan. Tentang rindu, tentang cinta, dan tentang segala hancur yang kusimpan rapat dalam diam Ketika masih menjalin hubungan. Aku terbiasa menulisnya dalam buku, yang kini telah tersebar luaskan.
                  ***
Bertahun-tahun berlalu, sampai pada suatu hari, seorang teman lama menghubungiku.
"kamu sekarang jadi penulis?" tanyaya tiba-tiba
"apa namu penamu adalah Dyra?" tandasnya kemudian.
Sementara aku masih terdiam
"Aku punya seorang teman, aku memberikan puisi untuknya, kutipan dari bukumu. Tadinya aku berniat untuk menciptakan suasana baru untuknya karna aku menyukainya. Namun ternyata, aku salah. Saat itu, dia menolak puisinya dan memintaku untuk membuatkan puisi baru untuknya. Dia bilang, dia mengenal itu puisi siapa." Tuturnya, membuat aku terdiam seketika. Tak percaya dengan semua yang aku dengar barusan