Para dosen Seni Rupa ITB pernah membidani dan melahirkan jurusan Seni Rupa di UPI yang dahulu bernama IKIP Bandung yang bermarkas di Bumi Siliwangi. Dan IKIP ini dahulunya adalah cabang UNPAD. Asalnya bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) pada tanggal 25 Nopember 1958 masih bagian dari UNPAD sebagai FKIP. Tapi mengapa di tahun 1983 sempat berseteru dan sejak saat itu lahirlah pentingnya sertifikat "Akta Mengajar" bagi calon PNS berstatus guru. Perseteruan itu muncul karena ada perang opini, bahwa untuk jadi guru itu yang penting menguasai materi yang di ajarkan saja. Metodik dan Didaktik itu dianggap tidak terlalu penting. Sehingga ITB dan UNPAD mengeluarkan lulusan calon guru. Baiklah kita bahas sumber masalah saat itu, menurut persepsi penulis dikala kuliah di kampus Bumi Siliwangi, pada tahun 1983.
A.Ilmu Pengetahuan & Keguruan
Perguruan Tinggi UNPAD dan ITB di tahun 1980an mulai ada gagasan membuka jurusan keguruan, menyaingi IKIP. Pada saat itu pamor guru mulai meningkat. Bahkan mahasiswa dari Malaysia membanjiri Bumi Siliwangi. Mengapa? Karena status guru di Malaysia lebih menjanjikan ketimbang  status dokter.Â
 Para dosen senior di Bumi Siliwangi saat itu, setiap kali memberikan bahan ajar tentang keguruan, begitu bersemangat membahas isu perseteruan. Karena tahun 1983  ITB dan UNPAD sudah mulai penerimaan mahasiswa baru calon guru. Dengan argumentasi yang utama itu adalah pentingnya  penguasaan ilmu pengetahuan yang akan disampaikan ke siswa. Ketimbang mengurusi metoda penyampaian menyangkut metodik dan didaktika.
Pihak perguruan tinggi pengelola ilmu keguruan dan ilmu psikologi. Menganggap ilmu keguruan murni, itu sama pentingnya dengan ilmu penyampaian berupa metodik dan didaktika. Karena perseteruan ini diduga sumber utama lahirnya surat "Akta Mengajar."
Calon guru untuk mendaftar PNS saat itu, harus punya bukti pisik berupa secarik kertas bukti kepemilikan sertifikat "akta mengajar."
Sejak saat itu lulusan dari perguruan tinggi non keguruan yang terlanjur jadi guru harus punya ijazah penyetaraan. Lulusan perguruan tinggi non keguruan jika ingin jadi stap pengajar seperti dosen atau guru harus punya sertifikat "akta mengajar"
B. Beda Mengajar Dengan Mendidik
Mengajar itu hanya upaya menyampaikan ilmu pengetahuan kepada mahasiswa atau siswa. Dan hal demikian itu, bisa dilakukan oleh siapapun juga yang punya ilmu pengetahuan.
Publik pembelajar akan sangat antusias  menerima materi ajar jika mereka merasa butuh terhadap ilmu yang seseorang sampaikan itu. Saratnya bagi seseorang penyampai materi ajar harus menguasai total ilmu yang dia geluti (Sebagai Nara Sumber Ilmu Pengetahuan).
Mendidik itu beda dengan mengajar, karena ada didaktika dan metodik. Bagaimana cara memotivasi siswa supaya merasa butuh ?Jika dia tidak butuh maka siswa tidak mau belajar secara sungguh-sungguh. Walau ada yang fokus belajar, hanya untuk mendapatkan nilai saja. Jika seseorang itu merasa butuh, spontan akan antusias penuh perhatian pada pengajarnya, saat PBM berlangsung.
Mendidik itu perlu antusias berupa tatapan mata antara guru dan mahasiswa/siswa. Jika tatapan mata audien tidak tertuju kepada nara sumber, diduga PBM tidak akan maksimal hasilnya. Maka yang dibutuhkan seorang guru di awal PBM diantaranya wajib  mengetahui ilmu apersepsi, ilmu memotivasi, dan langkah-langkahnya. Dalam hal ini diperlukan ilmu psikologi anak, psikologi perkembangan, hingga ilmu psikologi umum lainnya. Untuk apa?
Karena  IQ seseorang itu berbeda satu sama lainnya, menyangkut daya tangkap untuk mencerna materi ajar. Motivasi seseorang tergantung lingkungannya. Sering individu itu termotivasi gara-gara melihat lingkungan sekitar. Padahal dirinya itu tidak punya modal dasar bawaan untuk hal itu.
Modal dasar bawaan orok(sejak dilahirkan), setiap mahasiswa/siswa itu, sangat penting di kembangkan. Untuk mencapai kepuasan sesuai cita-citanya. Jika padu antara bakat bawaan dan materi ajar dengan metode yang tepat, tentu hasilnya akan maksimal.
Motivasi dan bakat bawaan seseorang adalah modal dasar untuk meraih masa depan yang gemilang. Masa depan seseorang sering tergantung pada pengalaman pernah gagal dan kepuasan yang dia raih. Motivasi diperlukan untuk menuju kepuasan berikutnya.
Tidak ada kepuasan yang berhenti pada satu  titik. Kepuasan satu hal akan melahirkan minat baru, dan begitulah proses belajar berkelanjutan. Untuk kemudian kita sampailah kepada pentingnya kurikulum berdiferensiasi.
Mengapa seorang pengajar itu, sangat perlu punya bukti secarik kertas keterangan  "akta mengajar." Ini adalah legalitas untuk jadi seorang guru profesional.
Tapi buat orang yang ingin jadi guru, yang tugasnya sebagai penyampai ilmu pengetahuan  khusus bagi  orang tertentu ? Cukup kuasai saja "Ilmu Pengetahuan Inti" (Rumus PQ, Pitagoras, Tajwid, komposisi, ritmik, harmoni, dst). Seperti untuk bintang tamu di kelas saat PBM, tidak perlu orang yang punya akta mengajar. Tapi agar produktif, perlu didampingi oleh orang yang punya akta mengajar.
Bagi seorang pengajar dan pendidik yang skalanya klasikal beda lagi aturannya. Karena seorang  pendidik yang ingin sukses jadi guru, perlu menguasai lintas ilmu. Yaitu dari mulai ilmu pengetahuan murni yang akan disampaikan, ilmu kurikulum, hingga ilmu psikologi. Untuk mengetahui siapa orang yang pernah belajar ilmu di atas. Cukup bertanya apakah pernah memiliki surat akta mengajar? Karena ilmu itu pernah dipelajari  pemilik sertifikat tersebut.
Padahal belum tentu orang yang punya surat tersebut masih memahaminya. Maka pemerintah pernah mengeluarkan "Sertifikat Pendidik." Â Karena ilmu itu harus di asah. Surat "akta mengajar" itu dahulu dikeluarkan oleh perguruan tinggi, sekian lamanya. Bisa saja yang tidak pernah digunakan, karena tidak penah menjadi guru di dalam kelas. Mungkin saja hal itu sudah lupa, sehingga perlu penyegaran.
"Sertifikat mengajar" pada mulanya dikaitkan dengan finansial. Maka sering menuai kritik bahwa pemerintah tidak ikhlas mensejahterakan guru. Karena tidak semua guru yang memiliki "akta mengajar" lolos " bersertifikasi" Hal ini, berhubungan dengan anggaran pemerintah saat itu. Dan kebijakan serta aturanpun terus berubah-ubah  di BSNP saat itu. Kini di Era Mas Menteri Nadiem Makarim, sertifikat guru penggerak sangat sakti sekali, untuk jenjang karir guru.
C.Pamor PTN Nenurun, Berkompetisi Dengan PTS.
Di Jaman Orde Baru berkuasa, semua PTN pernah dibanjiri anggaran dari pemerintah pusat. Bentuknya beragam, diantaranya berupa beasiswa seperti: Supersemar, TID (Tunjangan Ikatan Dinas), beasiswa riset, dst.
Pamor PTN saat itu, melejit karena alumninya ada jaminan langsung bekerja dimanapun di NKRI. Asal alumninya menghendaki, maka lamaran akan disambut oleh kepala kantor di instansu manapun itu. Lulusan Perguruan Tinggi  di perebutkan untuk meringankan pekerjaan di kantor itu. Karena hanya lulusan perguruan tinggi yang menguasai ilmu yang dibutuhkan kantor. Untuk mendapatkan pekerjaan tidak perlu ada koneksi apalagi KKN.
Seiring waktu, PTN dan PTS terus bertambah. Tak jarang  banyak PTN dan PTS  berubah jadi arena bisnis menggiurkan. Dampaknya alumni lulusannya tak lagi memberikan jaminan bermutu. Bermutu itu artinya sesuai kebutuhan atau melampaui standar kebutuhan. Realita dilapangan kerja saat ini banyak lukusan yang tidak lolos test penerimaan karyawan.
Jika dewasa ini, ada seleksi karyawan dengan pola koneksi. Karena lapangan kerja tidak seimbang dengan lulusannya. Jadi lapangan kerja sangat sulit di dapat. Maka koneksi sering punya peran istimewa. Â KKN mulai merebak dimana-mana. Inilah tanda-tanda lulusan PTN tidak lagi diperhitungkan. Lulus alumni PTN atau PTS tidak jadi ukuran lagi, karena yang menentukan itu adanya seleksi tertulis dan wawancara.
Tapi tidak senuanya begitu. Sebab ada keistimewaan bagi orang yang berkualitas istimewa. Seperti halnya para artis yang dilamar partai politik untuk jadi kadernya. Untuk meningkatkan daya saing semua instansi berlomba menghadirkan tokoh ternama sebagai maskot.
Para hacker yang bertanggung jawab banyak yang dicari perusahaan. Tapi bukan orang yang nakal dan tidak bertanggung jawab.
Orang yang berirmu pengetahuan  kekinian harus punya media publikasi ilmiah. Dari karya yang terpublikasi inilah akan lahir kejutan-kejutan. VOB dari Garut, walau hanya lulusan SMK du pesantren.  Telah tembus bermain musik metal di Glastonurry Inggris. Sehingga jadi orang yang istimewa.
Orang yang terpublikasi media saat ini diantaranya: Guru Gembul, Ilham Habibie, Heriss Skuyy, Fiki Naki, Ridwan Kamil, Anis Baswedan, Rano Karnoe, dst. Semuanya karena karya yang terendus oleh media. Itulah pentingnya karya dan pentingnya media.
D.Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) Dibanjiri Lulusan UNJ.
Pelawak Cagur seperti Denu dan Ramji itu calon guru dari lulusan UNJ yang dahulu namanya adalah IKIP Rawamangun, Jakarta.
Jika lulusan IKIP Bandung saat itu, lulusannta langsung ditempatkan di sekolah seluruh Jawa Barat. Dimana saat itu dari provinsi Banten saat ini hingga Cirebon merupakan sebaran lokasi penempatannya. Saat itu lulusan dari IKIP Bandung ada jaminan menempati likasi sekolah di sekitar itu.
Sedangkan Lulusan IKIP Jakarta saat itu di untungkan oleh lokasinya yang berada di ibukota negara. Kebijakan pemerintah pusat seperti lahirnya TV yang menangani dunia pendidikan (TPI). Maka wajar jika hingga saat ini, banyak lulusan UNJ yang jadi agen penerimaan karyawan di statsiun TV.
Sejak saat itu perguruan tinggi di Rawamangun itu jadi idola masyarakat Indonesia khususnya warga Jabodetabek, karena lapangan kerja dari lulusannta  yang sangat beragam, sesuai perkembangan ilmu kekinian.
Para fotografer, programer acara TV, dekorasi panggung, di dominasi oleh lulusan dari perguruan tinggi yang dianggap mumpuni
E.Memilih Perguruan Tinggi di Tahun 2024 /2025
Dewasa ini, PTN dan PTS memiliki peluang yang sama. Peluang alumni untuk bisa langsung bekerja tergantung koneksi program program perguruan tinggi itu yang menjawab kebutuhan masyarakat.
Maka teknologi tak lagi didominasi lulusan ITB, keguruan tak lagi didominasi lulusan institut negeri, ilmu pertanian tak lagi milik IPB. Jika dahulu setiap PTN di Indonesia punya spesialis unggulan yang dibanggakan, kini semua Universitas bersaing.
Kompetisi antar PTN dan PTS di Indonesia saat ini saling klaim. Misalnya tentang peringkat perguruan tinggi di Dunia, di Asia, atau di Indonesia. Itupun tergantung organisasi tertentu. Organisasi yang membuat peringkat dengan tujuan yang beragam.
F. Kesimpulan
Mengajarkan ilmu pengetahuan itu, memerlukan metoda penyampaian. Pengetahuan yang ingin disampaikan lebih penting dari metoda penyampaian. Karena mengajar itu intinya memberi penjelasan.
Mengajar itu hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja.Sedangkan Mendidik itu, memberi contoh & membimbing siswa untuk berperilaku ke arah yang lebih baik, sesuai ilmu pengetahuan yang diajarkan.
PTN jadi rebutan itu, karena biaya pendidikannya rendah, dan masa depan mahasiswanya ada kepastian untuk menempati pekerjaan. Karena saat itu agen pesanan pemerintah. Kini peluang alumni PTN dan PTS memiliki persamaan.
UNJ punya kelebihan yang bisa merespon program pemerintah pusat. Khususnya dalam bidang teknologi pendidikan. Dewasa ini, PTN dan PTS memiliki peluang yang sama. Ketergantungan pada kebutuhan lapangan pekerjaan yang tersedia (DN).
Catatan Penting:
1. Didaktik adalah teori pembelajaran dan, dalam arti luas, teori dan praktik penerapan pembelajaran dan belajar.
2. Metodik adalah cara mengajar suatu pelajaran agar mencapai tujuan yang efektif dalam suatu proses pembelajaran.
3. Kurikulum adalah rencana dan pengaturan yang berisi tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
4. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang dirancang untuk mengembangkan minat dan potensi siswa, serta keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman.
5. Kurikulum berdiferensiasi adalah proses modifikasi atau adaptasi kurikulum sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang berbeda dalam satu kelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H