Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Larangan Wanita Bekerja & Larangan Memakai CD

1 September 2024   08:55 Diperbarui: 1 September 2024   10:01 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu diingat, bekerja tentu akan memakan waktu yang banyak sampai takterhingga. Meski begitu, istri tidak boleh lupa untuk memenuhi kebutuhan suami dalam rumah tangga. Karena alasan itulah, banyak wanita di negara maju jadi malas memiliki suami.  Apalagi ketika kebutuhan batin telah terpenuhi. Ironisnya terpenuhi  lewat pergaulan bebas yang  kadang dihormati oleh budaya sekuler.

 Malas menikah bagi kaum wanita itu, karena terlena oleh pekerjaan yang dianggap bisa memenuhi segalanya. Kaum lelaki juga sama malasnya untuk berkeluarga karena kaum sekuler ada peluang beli sate di pinggir jalan dan boneka mainan juga ada di kamarnya. Budaya bermain dengan boneka dan menjunjung tinggi legalnya LGBT salah satu penyebab jumlah penduduk di negara maju itu, terus berkurang. Jepang dan Korea, kini jadi sorotan dunia berbagai media.

Bekerja bagi kaum pria dan wanita dalam berbagai budaya, itu sebuah kemuliaan. Manusia yang bekerja  penuh kepastian tentu lebih terhormat, dari mereka yang malas. Dalam Islam bekerja bagi kaum wanita itu harus di tempat yang terhormat, yang memuliakan derajatnya. Wanita dapat memilih profesi sesuai dengan syariat Islam dan tidak membuka aurat untuk menghindari zina. Jika hal ini dilanggar, akan terjerumus pada malasnya hidup membangun hidup normal. Yaitu hidup rukun dalam  keluarga yang berketurunan.

Ingat wanita hemdaknya menghargai kaum lelaki sejak dini. Yaitu mengakui kelebihannya. Agar bisa jadi payung pelindung hidupnya.
"Laki-laki (suami) itu pelindung bagi Perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya." (Q.S. an-Nisa ayat 34)

Lelaki bisa bekerja kasar dengan otot dan otaknya, karena tidak terkekang untuk menjaga kesucian rahim. Beda dengan Wanita bisa bekerja lembut yang bisa menjaga kesucian rahimnya. Kisah guide di atas, kesucian rahimnya sulit di jaga, walau tidak melahirkan anak.  

Berdasarkan dalil di atas, dapat diketahui bahwa pada dasarnya, tugas mencari nafkah dalam Islam adalah milik suami, bukan istri. Beban suami yang utama adalah tanggung jawabnya sebagai keluarga.

Sedangkan bagi wanita yang belum menikah,  menjadi tanggung jawab wali, yaitu ayah atau saudara laki-laki, untuk memberikan infaq sebagai kebutuhan sehari-hari. Jika anak wanita bekerja, hendaknya kaum bapak harus bertanggung jawab menjaganya. Kaum bapak harus bisa menghindari terjadinya kisah guide yang terlahir dari wanita desa yang lugu itu.Menurut ulama Buya Yahya, hukum wanita bekerja juga tertera dalam dalil Al-Qur'an berikut:

"Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin." (Q.S. at-Taubah ayat 105)

Penjajah Belanda berhasil mengangkat kisah
Kartini hingga masuk di buku sejarah pahlawan Indonesia. Kartini yang aktif memperjuangkan emansipasi perempuan, yaitu pembebasan perempuan dari peran-peran tradisional yang terbatas. Dia menentang pernikahan paksa dan menekankan hak perempuan untuk memilih pasangan hidup mereka sendiri. Padahal aturan yang ditentang kartini ini untuk menjaga kesucian rahim wanita saat itu. Kini perjuangan Kartini yang mulia itu telah disalah artikan.Sehingga di Indonesia, kaum pria sulit mencari kerja.  Seperti bekerja  di pabrik yang ada, didominasi pekerja wanita, sedang kaum prianya menganggur. Banyak wanita kerja keras di pabrik. Bsnyak wanita hampir tidak ada waktu mengurus rumah tangganya. Apakah ada yang salah dengan dunia pendidikan kita?

B. Dilarang Memakai CD (Celana Dalam)

Pada umumnya para santri di pesantren berbentuk kobong (Asrama tradisional) di Indonesia. Melarang santrinya memakai CD jika sudah memakai sarung. Dengan ketentuan, jika memiliki CD yang terbatas. Tapi jika memiliki CD yang cukup untuk bisa ganti 5 kali dalam setiap hari. Sesuai waktu salat 5 kali dalam sehari, yaitu ganti CD setiap kali mau salat, setiap hari. Tentu saja memakai CD itu tidak dilarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun