Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jadi Guru atau Jadi Penulis Produktif

6 Juli 2024   06:15 Diperbarui: 13 Juli 2024   11:41 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar koleksi pribadi

A.Pendahuluan


Tulisan sederhana ini, hanya ingin mengupas beberapa pertanyaan saja, diantaranya: Apa untungnya jadi guru yang mengembangkan dirinya dalam bidang literasi ? Bagaimana cara melahirkan keberanian untuk berliterasi ? Apa yang bisa menumbuhkan keberanian berliterasi itu? Berawal dari mana memulai berliterasi ? Bagaimana  membangun komunikasi literasi dengan milenial & Gen-Z ?

 

Fleyer Inisa, Bekasi.
Fleyer Inisa, Bekasi.


Diharapkan lewat tulisan ini, kita merasa bangga dengan guru dan siswa Indonesia yang telah menorehkan prestasi. Lewat pertanyaan itu, kita akan menarik kesimpulan bahwa berliterasi itu, sangat penting bagi guru sebagai agen perubahan. Dan kita akan mengenal masyarakat dunia  lintas bangsa yang bangga terhadap bangsa Indonesia, karena prestasi anak bangsa yang mendunia.


B. Berawal Dari Membuat Dokumen PBM.


Sebaiknya pilihan di atas diambil dua-duanya saja. Jadi kalimatnya, menjadi  "Guru Hebat Itu Harus Jadi Penulis Handal." Karena hal itu berkaitan dengan karir selanjutnya setelah berhasil jadi guru yang layak jadi panutan. Itulah selayaknya sebagai guru yang hebat. Semua yang akan dikerjakan selayaknya dituliskan dan semua yang dituliskan di praktekan dan di evaluasi. 

Lewat tulisan yang telah dibuat itu, karya kita bisa terpublikasi. Bisa publikasi darurat atau publikasi professional. Dari karya sederhana berupa tulisan persiapan bahan PBM yang di buat rapih untuk diarsipkan. Jika kelak banyak guru teman sejawat memfoto copy itu pertanda awal yang baik. Berawal berupa penghargaan dari teman sejawat, hingga digandakan di MGMP, dibahas dipenataran tingkat Provinsi, hingga menuju layar kaca (TV) sekala nasional bahkan Internasional. Itu adalah salah satu alternatif.

1. Orang Hebat Berawal Dari Karya


Pak Minto Guru SD dari Madiun sempat diliput TV dari Nagoya Jepang, gara-gara tulisan mengenai temuannya berupa "Kompor Tenaga Surya" yang hingga kini ada di TMII. Dan kini modifikasinya bertaburan di media online lintas negara. Kini di berbagai negara banyak orang memodifikasi penemuannya itu, tanpa mencantumkan penemu awal yang berstatus guru SD saat itu. Karena penemuan saat ini lebih canggih dari alumunium foil dengan rangka bekas parabola.
Banyak orang hebat, melampaui kehebatan Pak Minto, tapi sayangnya banyak yang tidak bisa mempertunjukan kehebatannya. Tentu saja alasannya  karena berbagai hal. Alasannya tidak bisa dijawab oleh perkiraan orang lain, karena hanya bisa dijawab oleh dirinya sendiri. Orang lain baru akan bisa menerka-nerka setelah ada kontak dan komunikasi secara intensif dan berkelanjutan dari berbagai pertanyaan dan jawaban lisan atau lewat tingkah lakunya.

2.Modal Dasarnya Harmoni


Orang hebat itu modal dasarnya dari keluarga yang harmoni dengan sekolah tempat menuntut ilmu.
Pengalaman interaksi dalam keluarga akan menentukan pola tingkah laku individu (anak) terhadap orang lain dalam masyarakat, karena orang tua mempunyai peranan dan tanggung jawab yang besar dalam membimbing anak. 

Jika hal itu bertemu dengan dunia Pendidikan yang mendukung modal dasar tadi, maka layak diduga akhir perjalanannya begitu gemilang.
Setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi orang yang berkepribadian baik, sikap mental yang sehat dan sikap yang terpuji. 

Orangtua itu sebagai pembentuk pribadi yang pertama dalam kehidupan individu anak, dan orangtua  harus menjadi teladan yang baik bagi anaknya. Jika guru hanya mengajar tanpa banyak belajar, ilmunya tertinggal jauh. Maka tak jarang merasa puas jika anak guru jadi guru, anak dokter jadi dokter, anak petani jadi petani. Yang hebat itu sang anak lebih baik dari orangtuanya.


Seorang guru yang punya profesi jadi penulis, sewajarnya sang anak bisa disuguhkan banyak pilihan. Karena menulis itu harus banyak sumber bacaan, yang jadi rujukan bukan? Guru yang jadi penulis itu, rumah dan sekolah merupakan arena riset. Setiap infividu punya modal dasar yang berbeda.

Diakhir tulisan ini, dilampirkan hasil riset tentang evaluasi program yang pernah ada di Indonesia. Program itu berhubungan dengan pelayanan berbeda untuk setiap kecerdasan individu. Kurikulum berdiferensiasi itu untuk anak yang berbeda-beda. Anak gifted dengan anak punya bakat khusus, harus ditangani berbeda, sesuai kebutuhannya.

Penyelenggaraan program di atas telah di evaluasi.  Sejak program RSBI Bubar, program kelas bilingual program CIBI itu kena imbas.
Padahal program demikian itu adalah beberapa alternatif pilihan mutu. Program itu sangat baik karena didalamnya banyak inovasi percontohan nasional. Tentu saja baik dan buruknya program itu bisa dinilai hari ini, berdasarkan catatan tertulis. Siapa yang menulis  itu ?

Program di atas, pada akhirnya dianggap penyelenggaraannya melanggar HAM akhirnya tumbang karena aduan LSM. Konon sejak program itu dihilangkan, Singapura dan Australia diuntungkan. Karena penyelenggara program itu kalah di pengadilan negeri, maka orang yang merasa kehilangan akhirnya kembali menyerbu sekolah yang ada di luar negeri. Kini Australia di isukan membatasi mahasiswa dari luar negeri. Politik apa lagi? Para politisi dan guru yang banyak menulis akan banyak mengetahui alasan di atas.


Pada saat munculnya RSBI, sekolah adalah jendela untuk membuka wawasan yang sangat luas. Guru diberi bekal untuk jadi nakhoda pembuka jendela-jendela yang tertutup itu. Saat itu awal mula berkarir di Facebook, tiktok, Instagram, youtube, tweeter, blibli, dan sebagainya. Para guru pemula saat ini yang mulai menulis, jadi memiliki  bahan sebagai sumber kajian kejayaan masa lalu. Semua itu harus bisa di kaji oleh pengelola sekolah tentang dampak negative dan positifnya. Dan hal ini jadi bahan kajian generasi yang akan datang.  Jika ada data yang dituliskan.


3. Era Artificial Intekegence (AI)

Era saat ini, merupakan era Artificial intelegence atau "AI" Manusia yang tidak memiliki bakat menggambar bisa membuat buku cerita komik dengan bantuan mesin kecerdasan. Yang senang menyanyi bisa  mencipta lagu sendiri. Para penulis pemula bisa belajar tepat sasaran hingga bisa membuat buku digital. Maka PBM juga harus berubah mengikuti perkrmbsngan mesin kecerdasan itu.


Guru yang memanfaatkan kemahirannya dalam berliterasi akan ditiru siswanya. Akan tanggap terhadap perubahan. Hal itu bisa dimanfaatkan oleh semua orang atas dasar kepentingan. Lewat Pendidikan di sekolah yang tanggap terhadap kemajuan teknologi terkini, jenjang karir seseorang akan lebih terarah. Data nasional Indonesia kena hacker, seperti halnya BSI yang sebelumnya menggegerkan dunia perbsnkan.

Siswa dan mahasiswa  akan memiliki wawasan yang lengkap  berkat literasi yang terus berkembang dan dimiliki. Individu yang punya bakat tertentu  tidak akan salah pilih dalam memilih program. Dan bisa dengan mudah memanfaatkannya.
Banyaknya  individu  yang salah pilih jurusan Ketika menempuh pendidikan. Baru sadar sesudah bergelar sarjana. Para korban akhirnya kuliah lagi ke S2 hingga S3 yang tentu saja hal ini, tidak memberikan solusi. Karena Penentu masa depan itu menurut Sexiolog Naik L.Tobing, penentu Pendidikan itu ada di Pendidikan S1.  Wawasan ini hanya bisa dibaca oleh pecinta literasi. Ini adalah modal dasar bagi para konten kreator dunia pendidikan. 

Dengan bantuan AI, para konten kreator akan lebih cepat membuahkan karya berdasatkan tulisan sebelumnya. Dengan adanya ilmu baru, para kreator tidak akan kehabisan ide. Dengan banyaknya siswa dan guru  menulis,  berarti banyak merangkum intisari karya ilmiah yang terus berkembang, yang berarti telah dibaca dan di tulis ulang.Karya terbaru akan jadi pusat perhatian.

4. Karya Tulis, Berubah Jadi Audio Visual

Seiring waktu, karya tulis yang telah lama beredar itu di daur ulang. Belakangan banyak yang dipublikasi lewat media social dalam bentuk audio visual. Siswa dan guru bisa berinteraksi lewat tulisan dan visual di media social. Hal ini lebih banyak peluangnya, apalagi di era perkdmbangan AI. Setiap guru harus memberi ketailadanan dalam merespon perkembangan. Orangtua siswa di rumah juga harus dicerdaskan, tentang hal baru itu.


Pendapat Gunarsa (2002:86) bahwa orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan anak seperti berikut: Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga, mengajar, mendidik, serta memberi contoh bimbingan kepada anak- anak untuk mengetahui, mengenal, mengerti, dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma- norma yang ada dalam masyarakat. Pola asuh yang ditanamkan satu keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Informasi seperti ini akan memperkaya ilmu pengetahuan.


Orang tua merupakan pusat kehidupan rohani bagi si anak dan sebagai perantara anak dalam mengenal dunia luar, maka setiap reaksi emosi dan pemikiran anak yang berkembang merupakan pengaruh dari sikap dan cara asuh orang tua. Orang tua mempunyai hak untuk mengasuh dan membesarkan anak- anaknya. Adapun sikap yang dapat diambil oleh orang tua dalam menghadapi anak ada tiga jenis yaitu pola asuh otoriter, permisif dan demokratis.
Gordon menggolongkan "pola asuh orang tua dalam tiga pola, yaitu pola otoriter, permisif dan demokratis" (Syamaun, N, 2012:28). 

Pola asuh Demokratis dan otoriter memiliki karakteristik pola asuh dan kesenjangan yang sangat berbeda sehingga dampak yang ditimbulkan kepada anak pun berbeda. Keberanian menulis atau berpendapat bisa lahir kembali ketika pelajar bertemu dengan guru yang tepat. Siswa yang gagal itu sebenarnya karena belum bertemu dengan guru yang dia butuhkan. 

Jika informasi ini telah dituliskan dan tertu banyak dibaca orang lain.  Berikutnya jika dikemas dalam bentuk Audio visual yang menghibur, maka informasi itu akan dengan mudah dicerna oleh masyarakat berbagai lapisan. Penonton video di youtube, atau di media sosial lainnya. Orangnya berbeda  dengan pembaca tulisan literasi dalam wujud tulisan. Prof.Dr. Ronald Kasali,  Penulis di koran Kompas, akhirnya beralih jadi youtuber. Ini adalah jawaban atas pertanyaan di atas.

5. Kecerdasan "Bakat Khusus"

Coba kaji prestasi siswa berhijab dari Garut yang sering kritis di sekolah dan di beri stemple anak Nakal.
Saat bertemu guru Abah Erza dia melejit lewat "Grup Band Voice of Baceprot" hingga tembus pasar Eropa. Tanggal 26-30 juni 2024 VoB mengukir sejarah lagi  tampil di Glastonbury Festival  di Inggris. Itulah paranan guru yang tau permasalahan. Walau Guru Erza terpaksa harus keluar dari beberapa sekolah yang dia bina. Kini Guru Erza sudah jadi PNS yang menorehkan tinta emas di Indonesia.


"Grup Band Voice of Baceprot" yang dahulu dianggap sebagai kumpulan anak nakal itu, kini telah membuka mata dunia music, dunia Pendidikan, dan organisasi profesi. Para orangtua mulai dibuat cerdas lewat berbagai literasi tulisan dan literasi visual. Penulis naskah ini juga punya peran ikut meramaikannya lewat facebook, Instagram,  Channel Youtube "Waglo (Gubuk Apung)" Ale TV dan Netral TV,  disamping Kompasiana, dan media Satuguru"Perlu diingat bahwa pengaruh baik dari orangtua itu, akan mulai terkikis ketika individu itu banyak berteman. Bahayanya, jika individu yang sudah baik, berteman dengan lingkungan yang buruk. Untungnya VOB berteman dengan Abah Erza.

Kalau dahulu hanya teman sepermainan di rumah dan sekolah saja, tapi dewasa ini,  di berbagai media sosial pula. Guru dan sekolah harus menciptakan berbagai lingkungan  untuk pertemanan  dalam berbagai Fasilitas. Teramasuk media social. Guru harus memanfaatkan media sebagai lingkungan yang menyenangkan. Karena lewat tiktok, facebook, twiter, grup WA,  atau youtube itu bisa menjadi ajang mengembangkan aneka  bakat.

Mengikuti perkembangan AI, Perkembangan media sosial itu jangan jadi beban bagi guru, tapi harus jadi sebuah hiburan yang menyenangkan. Noe Sabrang dari Letto menciptakan media sosial yang lebih baim dari Faceebook atau IG. Media sosial "Simbolic" harus disambut dunia pendidikan. Jika ada temuan baru demikian, jangan jadi beban. Bila perlu segera mengajak lingkungan sekitar ke hal yang lebih bermanfaat. Mengajak itu hendaknya berawal dari paparan berupa tulis menulis terkebih dulu. 

Profesor, Dr. Rhenald Kasali, P.Hd kini jarang menulis di media Kompas tapi beralih ke youtube. Mengapa? Jawabannya karena tuntutan netizen. Tapi perlu di ingat, awal karirnya dari penulis dan dosen bukan?


C. Membangun Komunikasi Lintas Generasi.


Generasi milenial dan Gen-Z, sebelumnya hanya sebagai anak ingusan, kini banyak yang sudah jadi guru juga bukan? Generasi-Z atau Gen-Z yang lahir rentangan 1997 sd 2012. Generasi Y atau milenial  1981 sd 1996. "Setiap generasi akan lahir sosok tauladan dan sosok korban kemajuan jaman." Sosok individu pelopor hendaknya jadi jembatan penghubung antara sosok tauladan dan sosok tertinggal. Tentu menghubungkannya lewat literasi yang dibuat. Karenanya guru wajib menguasai media sosial yang konten-kontennya digandrungi remaja saat ini. Iwan Fals pernah berterima kasih kepada Pemerintahan Orde Baru. Karena sempat diperiksa kepolisian, sebagai dampak komunikasi intensif dengan remaja pada jamannya. Komunikasi saat itu lewat lagu yang dia ciptakan. Lagu-lagunya dianggap memprovokasi penguasa maka sempat diadili, dan menangis. Itulah awal karir gemilangnya.  Kisah seperti itu dialami juga oleh para tokoh lain, seperti halnya pedangdut Roma Irama dan grup band Koes Ploes. Itu dari pemusik dan penyanyi.Dari penulis sastra kita mengenal Sastrawan Ananta Toer & Buya Hamka bukan? Mereka terkenal berkat keberhasilannya membangun komunikasi (Kadi Influenser).

Guru produktif bisa jadi tokoh tauladan pada jamannya. Bisa menjabat sebagai rektor, bisa menjabat sebagai anggota dewan, bisa menduduki posisi nomor 1 di pemerintahan. Dari mana mulainya? Tentu guru itu selayaknya berkarya sesuai bidang ilmu yang digelutinya, agar  lebih mudah populer seperti  "Guru Gembul" yang punya dasar ilmu Sejarah dan PKN. Seorang guru tidak usah merasa kecil hati jika folowernya tidak bisa bersaing, sebab punya tugas mulia. Tentu saja tidak harus   keluar menjadi yang terbaik seperti halnya konten karya  "Guru Gembul" yang  kini jadi youtuber ternama di Indonesia. Karena setiap jaman ada penghuninya dan setiap penghuni itu ada jamannya. Setiap generasi menempati dan mengisi budaya sesuai tradisi  jamannya. Minimal para guru tahu persis, langkah-langkah, bagaimana agar dapat Reward berupa esen dari youtube, serta tahu rambu-rambu agar tidak kena bened, itu saja sudah cukup.

Karena kaum milenial dan Gen-Z lebih banyak punya peluang seperti Heriss Skuyy dari Bandung yang dikenal sebagai "Hacker Bocil" Ome TV. Fiki Naki dari Padang yang taaruf dengan Tugba dari Turki. Mereka sangat terkenal hingga ke mancanagara, karena penguasaan Bahasa Ingris, Prancis, Rusia, Hibru, Korea, Vietnam, Turky dan sebagainya. Karyanya sangat viral. Padahal Fiki Nakiitu hanya belajar secara autodidak.  Kini  konten-kontennya sangat mendidik memasyarakat di kalangan milenial dan generasi-Z.  Mereka banyak menginspirasi generasi muda lintas negara. Bahkan kini banyak orang Vietnam yang bersahabat dengan youtuber Heriss Skuyy dan Fiki, dapat penghargaan dari tiktok berkat netizen dari Indonesia seperti Queenny dan Pe Nhung dari Vietnam?

Orang Eropa dan Korea  kini banyak  mengekor dengan menjilat netizen Indonesia. Pada mulanya hanya pura-pura menyukai dan menyanjung orang melayu, padahal dibelakang bicaranya berbeda. Seperti hebohnya situs Korea "Indosarang" yang rasis dan viral.  Awalnya merrka hanya mencari follower tapi akhirnya  banyak yang terjerembab dalam kebaikan,  hingga akhirnya mereka  pindah kewarganegaraan dan benar-benar cinta NKRI. Karena sebanyak 279.804.817 atau dibulatkan 270 juta jiwa penduduk Indonesia sangat menjanjikan bukan ? Bahkan seorang Profesor. Dr.  Orvalla dosen dari Rusia, telah  turut menikmati luasnya pengguna Bahasa Indonesia di Dunia.

Tampaknya pola Pendidikan harus terus menyesuaikan diri lewat kegiatan yang lebih mengarah ke pengembangan  literasi. Pola Pendidikan yang dikembangkan para orangtua harus dijembatani oleh pihak sekolah. Karena orangtua di perkotaan terlalu sibuk dan banyak keterbatasan.Di Bekasi orangtua rata-rata berprofesi sebagai karyawan yang memiliki tuntutan dan target sehingga berpengaruh dalam pola pendidikan anak. Santrock (2002:257) menjelaskan bahwa "pengasuhan yang otoriter ialah suatu gaya membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orangtua dan menghormati pekerjaan dan usaha".


Sedangkan menurut Baumrind sebagaimana dikutip oleh Santrock (2002:257) menjelaskan bahwa "pola asuh demokratis mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka". Berdasarkan pendapat diatas maka  dapat diduga  bahwa kedua jenis pola asuh diatas memiliki karakteristik atau cara yang berbeda dalam mendidik anak.
Dengan pola asuh otoriter memang membuat anak menjadi lebih penurut, patuh dan sopan namun dalam jangka panjang dapat membuat anak menjadi rendah diri karena merasa selalu salah dalam mengambil keputusan dan kurang dihargai. Akhirnya individu menjadi selalu kalah bersaing di era persaingan nglobal.


Seperti kasus pada Santrock (2002:361) bahwa "orang tua yang melihat upaya anak-anak mereka dalam membuat sesuatu sebagai "kacau" atau "berantakan" dapat mendorong perkembangan rasa pada anak-anak". Sedangkan pola asuh demokratis "membuat anak mampu mengendalikan diri dan mandiri, dan berorientasi pada prestasi, mereka cenderung untuk mempertahankan hubungan yang ramah dengan teman sebaya, bekerjasama dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi stres dengan baik" (Santrock, 2002:167).


Menurut Asrori (2005:94) bahwa faktor utama yang dibutuhkan oleh anak dalam proses perkembangan sosialnya yaitu kebutuhan akan rasa aman, disayangi, diterima, dihargai dan dapat beraktualisasi. Namun jika didalam keluarga sang anak tidak mendapat perhatian yang layak maka anak akan merasa kurang disayangi atau kurang dihargai. Hubungan baik yang tercipta antara anak dan orang tua akan menimbulkan perasaan aman dan kebahagiaan dalam diri anak. Sebaliknya menurut Hurlock (1994) bahwa: hubungan yang kurang baik akan mendatangkan akibat yang sangat buruk bagi anak, perasaan aman dan kebahagiaan yang seharusnya dirasakan anak tidak lagi dapat terbentuk, anak akan mengalami trauma emosional yang kemudian dapat ditampilkan anak dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti menarik diri dari lingkungan, bersedih hati, pemurung, dan sebagainya".


Seperti dijelaskan diatas bahwa pola asuh orangtua memiliki pengaruh besar dalam perkembangan pribadi anak. Apabila sejak masa kanak-kanak remaja diterima, disayangi oleh orangtuanya maka anak akan merasa bahwa orang tua sangat menghargai kehadirannya dan hal itu yang menjadi dasar bagi remaja dalam memandang dirinya. Sebaliknya jika remaja ditolak atau diabaikan, maka terbentuklah rasa penolakan dan anak merasa dirinya tidak berguna. Dampak yang ditimbulkan pun dapat terlihat dalam jangka waktu yang panjang saat anak sudah mulai terjun ke masyarakat. Ciri-ciri yang dapat terlihat adalah anak merasa rendah diri ketika berhadapan dengan orang lain, anak merasa pesimis, kurang mampu menyesuaikan diri dan mudah putus asa.


Dalam pola asuh otoriter memang membuat anak menjadi lebih patuh dan hormat namun jika terlalu berlebihan juga efeknya tidak baik. Apalagi jika dihubungkan dengan self esteem, seperti menurut Coopersmith sebagaimana dikutipoleh Walgito (2010:216) menjelaskan bahwa "harga diri sebagai suatu respon atau evaluasi seseorang mengenai dirinya sendiri terhadap pandangan orang lain mengenai dirinya dalam interaksi sosialnya."


Seseorang yang bisa dikatakan memiliki harga diri rendah ciri-cirinya yaitu cenderung kurang menghargai keberhasilan yang mereka raih, sering sulit menemukan hal-hal yang positif dalam tindakan yang mereka lakukan, rendah diri ketika berhadapan dengan orang lain. Salah satu faktor yang membuat harga diri rendah seorang anak yaitu dari lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan tempat anak bersosialisasi yang pertama sehingga dalam mendidik anak sangat berpengaruh pada perkembangan anak kelak.


Didukung dengan pendapat Coopersmith sebagaimana dikutip oleh Hudaniah (2006:70) bahwa" individu yang mempunyai Self esteemtinggi mempunyai hubungan yang erat dengan orang tua". Dengan adanya beberapa pendapat diatas mengenai pengaruh besar dari pola asuh orang tua terhadap self esteem. Harga diri siswa yang rendah memang sering terjadi, salah satu penyebabnya dari lingkungan yang paling dekat yaitu hubungan keluarga atau pola asuh dari orangtuanya. Seperti : orang tua kurang menghargai prestasi yang dicapai oleh anak, orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya, orang tua kurang memberikan kasih sayang ataupun terlalu mengekang keinginananak.
Dalam hal inilah pengelola sekolah harus punya peran maksimal mengembangkan potensi yang ada pada diri Individu. Guru sebagai ujung tombak harus menulis dan mempublikasikannya. Karya tulisan harus bersedia jika dirubah menjadi Bahasa visual oleh orang lain.


D.Kesimpulan


Keuntungnya jadi guru yang mengembangkan dirinya dalam bidang literasi, bisa meniti karir secara bertahap lewat karya nyata.
Cara melahirkan keberanian untuk berliterasi bagi guru hendaknya dimulai dari mempersiapkan bahan ajar yang dituliskan dan dibagikan kepada teman yang membutuhkannya.
Yang bisa menumbuhkan keberanian berliterasi itu,adalah penghargaan. Contohnya karya yang diapresiasi teman sejawat. Mereka akan menghargai karena membutuhkan karena meringankan beban mereka. Sebuah karya yang dibutuhkan akan diabadikan dan akan dipublikasikan pihak lain, kepada orang yang membutuhkannya.
Bagi siapapun yang ingin memulai berliterasi, hendaknya mulai saja dari ilmu yang kita geluti.  Tidak usah ideal, tapi niatkan saja untuk menolong orang lain, berbagi dan meringankan beban orang yang membutuhkannya.


Bagaimana cara memulai komunikasi dengan generasi jaman now? Jarak yang ada kita jembatani lewat karya literasi yang membumi seperti yang dilakukan Prof.Renald Kasali yang beralih dari menulis di Kompas ke konten  Youtube.  Saat ini penulis perlu menjembatani jarak antara generasi tua, kaum milenial dan Gen-Z ?  Setiap jaman ada orangnya dan setiap orang itu hidup pada jamannya. Tentu saja pergaulannya memang berbeda. Generasi tua tidak mudah memahami generasi muda yang progresif, tanpa bekal. Generasi milenial dan generasi_Z yang mendapat predikat unggul hendaknya jadi guru, agar bisa berperan sebagai jembatan. 

Kita semuanya, harus berkarya yang bisa dinikmati semua generasi.
Dengan deretan nama-nama di atas, hendaknya jadi motivasi.  Kita merasa bangga dengan guru dan siswa Indonesia yang telah menorehkan prestasi. Karena guru sebagai agen perubahan. Dan kita akan mengenal masyarakat dunia  lintas bangsa yang bangga terhadap bangsa Indonesia, karena prestasi anak yang mendunia.

Tulisan ini adalah karya hasil tafakur penulis. Begitu juga konten youtube di bawah ini.Ini bukan karya terbaik. Maka didapat caci maki dari netizen kerap muncul di ruang komentarnya. Komentar mereka sering menyakitkan dan terpaksa karya tersebut ada yang di revisi. Ternyata yang mengkritik itu bocah ingusan yang berkelompok membentuk kekuatan. Maka penyanyi Noe Sabrang Wowor anak MH Ainun Najib saat publikasi karyanya yang jadi saingan facebook itu, pernah berujar "Seorang Profesor ahli dibidangnya bisa di sudutkan oleh anak yang baru melek baca tulis. Itulah kejamnya media sosial." Tapi kreator jangan alergi pada kritik seperti pada konten (Lampiran) di bawah ini, yang terus mengalami revisi dengan berbagai cara baru(DN).

Lampiran
[4/7 5.48 PM] 452116: https://youtu.be/IhNRQsw4cxU?si=DMhLup75SVjJeHGS
[4/7 5.49 PM] 452116: https://youtu.be/XHJKOYaMG8E?si=MvgMUrjgYAzcZjXn
[4/7 5.50 PM] 452116: https://youtu.be/Wa26TM8_b-g?si=eHzQMwdex1KOFevT
[4/7 5.51 PM] 452116: https://youtu.be/HTdlGurll4Q?si=bZt0Rr573GZh7_DT
[4/7 5.51 PM] 452116: https://youtu.be/vg4AP_h73Pk?si=GSCIuNC-yFVqZTdl
[4/7 5.53 PM] 452116: https://youtu.be/i9bZufWGMrk?si=BYMPqdeTWPO6JfC9
[4/7 5.53 PM] 452116: https://youtu.be/Ujqy9FuguDY?si=5xPuH5oRsKJioTQt
[4/7 5.55 PM] 452116: https://youtu.be/9cQEKUeTHsY?si=8O3iQGMk1vaHtHc-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun