Mohon tunggu...
Noor Azizah
Noor Azizah Mohon Tunggu... pelajar -

email baru avantidm@gmail.com. terimakasih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengejaran Pendakian (3)

21 Januari 2018   09:35 Diperbarui: 22 Januari 2018   08:26 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artikel tulisannya tersebar di beberapa media online. Readernya disalah satu media online mencapai ribuan. Dan sekarang kesibukannya bertambah dengan mengajar mengaji di masjid.

Dia, lebih berbeda lagi. Suka sekali dengan tantangan, dan mendatangkan masalah bisa jadi bakat dia yang lain. Cerdas, matematika menjadi kesukaannya. Efektif, efisien dan logis, meski cengeng. 

Dia yang mengajari gadisku bisa membaca Al Qur' an. Pengetahuan syariahnya juga tidak bisa dibilang amatir meski jauh dari tingkat ulama. Berat kuakui dia kombinasi yang sempurna, tapi tidak untukku. Tak bisa kulepas dia meski tak bisa juga kumiliki. Aku dan dia terperangkap dalam dimensi waktu.

***

Aku sudah turun dari Merapi. Kembali berhadapan dengan rutinitas harianku. Udin berkali menemuiku dan berdiskusi tentang proyek yang kini memasuki tahapan diagnosa. Tanpa dia, kami tak bisa memutuskan tindak lanjut proyek tersebut.

Tiga hari berselang sejak dia naik, belum ada kabar. Ponsel tak ada gunanya dalam pendakian selain untuk mengambil foto. Resah menghinggapiku. Semua sosmed yang dia miliki kukirimi pesan. Tak ada satupun yang direspon. Ini musim hujan dan badai.

Aku sendiri terjebak badai di puncak Merapi. Aku dan tim lain yang sudah mencapai puncak, tak punya pilihan selain bertahan. 

Angin dengan kecepatan 6 km/jam menerbangkan apapun yang dilalui. Batu besar yang kami harapkan jadi pelindung tenda kami, tak mampu menahan terjangan angin yang menggila. Masih ditambah rinai diiringi kilat yang sesekali muncul, cukup menciutkan nyali, meski tak diiringi suara menggelegar. 

Suhu merendah, kabut menyelubungi area perkemahan, meski kupakai dua kaos kaki, tak juga bisa mengusir dingin di kakiku yang mengigit hingga ke sumsum. Kunyalakan kompor untuk menghangatkan tenda. Dalam cuaca seperti ini, mataku tak bisa terpicing barang sekejap. Terlebih benakku penuh akan dia. 

Kukira diapun menghadapi badai yang sama. Merapi dan Merbabu hanya sepelemparan batu. Bersebelahan, berdiri berdampingan seakan saling menjaga. Merapi yang manja masih suka ngambek dengan menyemburkan lahar dan awan panas mengusir para pendaki patah hati. 

Merbabu yang lembut, anggun menyimpan misteri bagi pendaki yang membawa hati untuk pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun