Aku memberi kabar pada dia, kalau tersesat disebabkan sopir kurang ajar yang sok tahu. Brian sudah melakukan riset bahwa view terbaik mendaki Merbabu adalah track Selo.Â
Kami sudah menjelaskan, Selo terletak di Boyolali. Bagaimana bisa si sopir membawa kami ke Magelang? Andai bisa kubedah otaknya, sudah kulakukan untuk memasukkan Google Map ke dalam batok kepala sopir pick up yang kami sewa.Â
Dan seperti biasa, sesaat kukabari dia kami tersesat, chat panjangnya memasuki inbok memberiku teori berkepanjangan untuk mengalihkan track mendaki, karena sudah berada di Magelang.Â
Aku sebal membaca chatnya, meski mengakui kebenarannya. Sungguh aku heran, apa yang membuatku mengabarinya. Entahlah.
Kuraih ponselku, kali ini kukabari gadisku, bahwa waktu pendakian menjadi lebih panjang dari yang semestinya.Â
Gadisku belum pernah mendaki. Dan aku ingin akulah yang mengenalkan padanya betapa mengasyikkan menapaki jalan menanjak menuju puncak.Â
Gadisku memahami betul kesukaanku pada pendakian. Dia tak pernah melarangku, bahkan membelikan bandana untuk kupakai di setiap pendakian. "Anggap aku menemanimu Bang," katanya saat dia memberikan bandana.
Tersenyum, kucium lembut bandana pemberiannya. Terbayang senyum lembut lesung pipinya. Membuatku merindukan gadisku. kukira gadisku tengah sibuk dengan tuts laptop meluncurkan ratusan kata untuk sebuah cerita.Â
Sebenarnya aku bosan dengan semua cerita yang dibuat. Karena akulah tokoh utama semua kisah yang ditulis, meski tidak terang-terangan namaku ada di sana.Â
Ingin aku bertemu gadisku melepas rindu. Bunyi notifikasi berbunyi, "Aku naik," pesan pendek membuyarkan lamunan akan gadisku. Dia. Kujawab pendek,"Ya, hati-hati."
Dia dan gadisku, memang berbeda. Gadisku sendiri sudah berbeda dibanding gadis umumnya. Tidak suka K-Pop, selfie, jalan-jalan di mall. Kesukaannya membaca dan menulis.Â