Aku menggeleng , memainkan aneka alat tulis yang berserak di mejanya. Sesekali kupandang wajahnya. Mencari cari dalam sorot matanya. Entahlah apa yang kucari di sana, aku juga tak tahu. Apa yang kurasakan saat memandang wajahnya sulit kujelaskan. Aku hanya ingin bertemu dan melihat wajahnya. Bisa jadi aku membencinya. Aku beranjak melangkah keluar. Di ambang pintu, aku berpaling, "Aku tak ingin mendaki lagi." Aku melanjutkan langkahku.
"Hei, mau kemana?" Serunya. Aku tak menjawab. Tak ingin menjawab. Selarik benci muncul untuknya.
***
"Kudengar kau naik Muria."
"Ya, kenapa?"
"Nothing. Cuma penasaran. Kau ambil sendiri batumu?"
"Haha.. aku lupa."
"Ah, kalau begitu aku tak usah membawakanmu batu lagi kan?"
"Apa kau berniat mendaki lagi? Kau bilang kemarin tak ingin mendaki lagi."
"Hmm.. memang, tapi tak ada yang salah kan kalau aku mendaki lagi?"
"Pertanyaan aneh, tentu saja tidak. Pergi saja mendaki kalau kau suka."