Kehadiran alat bantu penulisan seperti Chat GPT jangan-jangan menjadi solusi bagi para dosen seperti sahabat saya ini. Sebab, kini kita belum berani menyatakan, bahwa tidak semua orang itu dapat menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan dengan baik. Walau pun dia berpemikiran cermelang atau intelektual tinggi.
Akankah Media Penelitian Berkembang dari Sekedar Teks?
Fenomena joki ilmiah dalam dunia akademis ini membuat saya jadi menyimpulkan, bahwa karya tulis ilmiah atau kerja penelitian sebagai salah satu aksi dari Tri Darma Perguruan Tinggi, masih terpenjara dalam "kertas" atau pun kata-kata tesktual.Â
Pembaharuan atau temuan yang dilakukan oleh seorang dosen masih harus dilaporkan dengan syarat-syarat "tertutup". Harus di jurnal ini, harus di jurnal itu, dengan belenggu sistematika penulisan ilmiah yang kaku.Â
Manurut saya, hal ini yang membuat seorang dosen harus "memaksakan diri" menulis dengan baik walau ia sebenarnya lebih mahir secara verbal maupun secara penerapan teknologi visual.Â
Kita boleh saja bertanya-tanya, berapa banyak dosen yang telah menghidupkan keilmuannya di dunia sosial dengan inovasi, namun belum ia tuliskan sebagai karya tulis ilmiah atau di Jurnal ilmiah bergengsi?Â
Dan berapa banyak profesor atau guru besar yang menghabiskan waktu di hadapan laptop, dan di dalam mobil, tanpa menggerakan apa-apa di luar kertas penelitiannya?Â
Saya kira, kita dapat bertanya kembali, jika tujuan penelitian adalah menemukan pembaharuan atau inovasi atau pun solusi, maka bukankah sangat mudah melaporkan temuan para dosen secara langsung yaitu dengan presentasi? Atau pun dengan video dokumenter misalnya? Sampai kapan ide dan inovasi harus dituliskan, di tengah media teknologi informasi yang makin ajaib ini?
Marendra Agung J.W
Maret 2023.
 Sumber berita:
- Demi Gelar Guru Besar, Sejumlah Dosen Senior dan Kampus Terlibat Perjokian Karya Ilmiah
- Whinda Yustisia, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia; Kandidat Doktor Department of Psychology Loyola University Chicago. https://www.kompas.id/baca/opini/2023/02/19/akar-masalah-joki-karya-ilmiah-dosen