Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bulan Akhir Semester: Hal Apa Saja yang Dinilai oleh Guru?

18 Desember 2022   17:53 Diperbarui: 27 Desember 2022   00:07 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto pembagian rapor | Sumber: foto.kompas.com 

Piala Dunia FIFA 2022 sedang mencapai puncaknya. Pertandingan final antara Argentina dan Prancis sudah ditunggu jutaan pemirsa sepak bola. Bulan Desember tahun ini pun ada yang menjuluki sebagai bulannya para pecinta sepak bola.

Bagi para guru, bulan Desember ini cocok untuk disebut sebagai bulannya "pengisian rapot", bulan akhir semester ganjil. Karena bertepatan dengan momen laporan penilaian akhir semester, penyusunan dokumen hasil belajar siswa selama satu semester.

Laporan hasil belajar siswa (rapot) tentu tidak sama dengan laporan hasil akhir pertandingan sepak bola. 

Sebagai penonton sepak bola, kita tidak perlu capek-capek menilai proses latihan pemain, atau latihan rutin hari demi hari sebelum pertandingan sebenarnya berlangsung. Sebab skor di akhir pertandingan sudah cukup bagi penonton.

Berbeda dengan skor pertandingan sepak bola yang hasilnya dapat ditemukan dalam 2 x 45 menit, penyusunan nilai untuk laporan hasil belajar siswa tidak cukup dengan durasi sesingkat itu.

Hasil akhir atau nilai tes yang lazim dilakukan khusus di akhir semester sebetulnya bukan menjadi satu-satunya sumber penilaian di rapot siswa. Penilaian terhadap siswa tidak sekedar bersumber dari angka akhir yang muncul dari satu tes, tatkala siswa "bertanding", menjawab soal-soal dalam ujian PAS (Penilaian Akhir Semester).

Jauh sebelum ujian di akhir semester berlangsung, catatan penilaian sebenarnya sudah terjadi. Sejumlah penilaian dari guru dilakukan sebelum, sesudah, dan sesaat pembelajaran di kelas berlangsung. Momen-momen penilaian tersebut dikenal juga dengan istilah asesmen formatif dan asesmen sumatif dan asesmen diagnostik.

Ketiga momen penilaian tersebut menjadi jalan bagi guru untuk mendata perkembangan serta capaian belajar siswa. Tentang apa yang menonjol dan apa yang perlu ditingkatkan kembali oleh siswa.

Lantas, apa saja sebenarnya yang dinilai oleh guru terhadap siswanya?

Konsep Profil Pelajar Pancasila

Kurikulum pendidikan nasional yang berlaku tahun ini maupun sebelumnya (KTSP dan K13) setidaknya mendorong guru untuk menilai tiga hal dari siswanya. Siswa akan dinilai sikapnya, pengetahuannya, juga keterampilannya, dalam nafas Profil Pelajar Pancasila.

(Ilustrasi: Pixabay)
(Ilustrasi: Pixabay)

Profil Pelajar Pancasila sebagai benang merah atau "tujuan umum" pendidikan di sekolah itu mengandung enam fokus kualitas kepribadian siswa, yang menjadi balutan capaian pembelajaran siswa. 

Dalam hal ini, siswa diharapakan menjadi pelajar yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia. berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Menilai Sikap Siswa

Sikap siswa di sekolah menjadi penting dalam paradigma pendidikan yang mengandung semangat pembangunan karakter. 

Sebagaimana dorongan dari Kurikulum 2013 dengan konsep PPK (Penguatan Pendidikan Karakter), di Kurikulum Merdeka (2022) juga mendorong dengan konsep serupa, PPP (Profil Pelajar Pancasila).

Penilaian terhadap sikap siswa beserta karakternya ini mengacu pada perilaku sosial, spiritual, serta individual di sekolah. Seperti halnya, guru menilai apakah siswanya menunjukkan perilaku jujur, bertanggung jawab, mandiri ketika mengerjakan tugas-tugasnya.

Pengamatan terhadap sikap siswa dilakukan oleh guru baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun pembiasaan sehari-hari di lingkungan sekolah, sosial kemasyarakatan dan keluarga. 

Sebagai contoh, menjaga lingkungan dengan membuat sampah pada tempatnya, menjalankan ibadah sesuai agama yang dianut, ramah terhadap teman-teman tanpa padang bulu, dan lain sebagainya.

Menilai Pengetahuan Siswa

Profil Pelajar Pancasila sebagai aspirasi pendidikan nasional dapat dikemas dalam bentuk pembelajaran berbasis projek. Sehingga, nilai-nilai karakter juga membalut kualitas berpikir siswa. Dalam hal ini terkait dengan berpikir kritis sebagai salah satu kualitas kognitif, yang berkaitan dengan aspek penilaian pengetahuan siswa

Penilaian pengetahuan siswa yang dilakukan oleh guru setidaknya melalui tiga cara yaitu tes tertulis, observasi, dan penugasan. 

Umumnya penilaian pengetahuan ini dilakukan tertulis dalam bentuk tes dengan waktu tertentu. Seperti penilaian di tengah semester dan di akhir semester. 

Kendati demikian, bobot nilai dari hasil ujian tersebut akan diproses atau diakumulasikan dengan penilaian harian dari proses belajar per tema atau setiap pokok materi ajar.

Hal yang perlu digarisbawahi pula yaitu kompleksitas pengetahuan siswa. Pengetahuan siswa juga memiliki dimensi yang juga harus dipertimbangkan oleh guru. 

Pada Kurikulum 13 telah dijabarkan tentang pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, hingga metakognitif (proses berpikir), sebagai dimensi penilaian aspek pengetahuan siswa.

Teori tersebut juga masih digunakan di kurikulum Merdeka. Ketiga dimensi pengetahuan tersebut kini juga dikenal sebagai sistem kognitif, sistem metakognitif, dan sistem diri (self-system), tapi guru bebas memilih teori lainnya, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mata pelajaran.

Sebagai contoh, proses kognitif atau level berpikir siswa biasanya digolongkan menjadi mengingat (remembering), memahami (understanding),menerapkan (applying), menganalisis (analyzing),menilai (evaluating), dan mengkreasi (creating).  

Menilai Keterampilan Siswa

Teori untuk menilai pengetahuan siswa akan berkaitan dengan bentuk penilaian keterampilan siswa. Pada ranah pengetahuan, guru menilai "pikiran" siswa. Pada penilaian keterampilan, guru menilai hasil berpikir siswa yang telah menjadi sebuah tindakan nyata.

Penilaian keterampilan dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan-pengetahuannya dalam konteks tertentu sesuai karakteristik mata pelajaran. 

Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, penilaian keterampilan dapat ditunjukan dengan kemampuan berbicara dan menulis. Guru bahasa Indonesia menilai keterampilan menulis atau berbicara siswa yang sejalan dengan level kognitif menerapkan atau pun mengkreasi. 

Penilaian keterampilan siswa dapat dilakukan secara lisan maupun tes tulis. Keterampilan siswa umumnya dinilai oleh guru dalam bentuk produk, praktik, dan portofolio. Aspek keterampilan pada dasarnya akan menjadi penanda minat, skill, bakat, atau keahlian siswa.

Sebagai contoh, siswa membuat komik singkat, film, bermain peran dalam materi teks narasi di pembelajaran Bahasa Indonesia. Atau, siswa membuat sabun cuci dari bahan alami dalam pembelajaran kimia atau kewirausahaan. 

Aspek penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan ini akan menjadi bahan pokok penilaian. Dalam Kurikulum Merdeka, ketiga aspek tersebut harus diolah secara terpadu dalam laporan capaian kompetensi siswa. 

Ketiga hal tersebutlah yang menjadi aspek penilaian guru terhadap siswanya. Sederhananya, siswa bukan hanya dinilai "isi kepalanya", namun juga perkembangaan hati, perangai atau kepribadiannya. Sehingga waktu pengisian rapot hasil belajar siswa ini tak akan cukup dengan durasi 2 x 45 menit, sekalipun ditambah injury time.

Marendra Agung J.W (12/18/2022)

Sumber Fakta dan Konsep Penilaian dalam Kurikulum :

  • Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan, Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah: Kemdikbudristek, 2022.
  • Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Penilaian Kependidikan: Sistem Penilaian, Hasil Belajar dan Kemampuan Guru Melaksanakan Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013., Kemendikbud, 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun