Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Radio Persegi Hitam, Tongkrongan Telinga Remaja Rumahan

8 Desember 2022   21:50 Diperbarui: 9 Desember 2022   17:59 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perihal dari mana refrensi channel radio Trax FM? Jawabannya tidak ada. Semua terjadi begitu saja. 

Ada radio persegi hitam yang tak terpakai. Saya tekan tombol power, kemudian putar-putar tuning frekuensinya, mencari suara-suara yang relevan dengan gejolak perasaan. Terjadilah pertemuan tak sengaja dengan program Kompak Kampus di stasiun radio Trax FM.

Suara Jimi dan Buluk pun mengudara lantas menyelinap masuk ke kamar saya. Suara mereka selalu berhasil membuat saya membiarkan tanda frekunsei radio berhenti di antara angka 100 dan 104, yang kemudian saya tahu kalau itu "101.4 FM".

Radio sebagai Penghubung Lintas Ruang

Pengalaman saya dengan siniar radio tersebut terjadi di masa transisi, beranjak dari SMP menuju SMA. Dimulai sekitar pukul 7 malam, radio persegi hitam itu rutin saya nyalakan. Buku tulis telah terbuka, dengan dalih mengerjakan PR, sekedar akting untuk jaga-jaga kalau orang tua menyidak ke kamar. 

Kehadiran radio persegi hitam di kamar saya itu seperti "konjungsi", penghubung lintas ruang, bagi saya yang remaja rumahan. Remaja tanggung yang dilarang "nongkrong" atau keluar rumah malam-malam, karena harus kerjakan PR dan bangun pagi untuk sekolah esok hari. 

Berkat radio persegi hitam di kamar, rupanya saya tetap dapat merasakan gelombang pergaulan dari mereka yang jauh lebih dewasa dari saya. Program Kompak Kampus itu mungkin membuat pendengar seperti saya merasa punya "abang-abangan" ( senior), sebagaimana tradisi pergaulan di tongkrongan kampus. 

Tema-tema yang diangkat dalam program tersebut pun cenderung fresh, jarang ditemukan di lingkungan pergaulan sebaya saya. Jimi dan Buluk juga kerap membahas fenomena urban, kisah cinta, kesenian, gaya hidup, pop kultur hingga subkultur. Tak jarang pula obrolan kritis tentang musik dan perkara sosial ibu kota terdengar dari candaan mereka. 

Bunyi Radio Masih Terdengar 

Sensasi semacam itulah yang saya maksud dengan "tongkrongan telinga". Tempat kongko imajiner, yang memungkinkan saya menemukan informasi yang melampaui pergaulan seusia saya. 

Saya jadi teringat ketika di sekolah waktu itu, dengan semangat saya bertanya kepada teman-teman, "Semalam dengar kompak kampus gak? Radio Trax FM?" Saya tak menemukan jawaban "iya". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun