Awalan kata "meta" dimaknai sebagai refleksi dari proses kognitif dan kontrol kognitif. Istilah metakognisi sendiri lahir dari kajian ilmu psikologi yang berkenaan dengan kesadaran seseorang akan pikirannya sendiri.Â
Nama-nama yang memelopori penggunaan istilah ini antara lain adalah Ann Brown dan John  Flavell pada sekitar tahun 1970-an.
Penggunaan konsep metakognisi di ranah pendidikan kerap kali disebut juga dengan istilah metakognitif atau pengetahuan metakognitif. Walau memiliki perbedaan secara kategori bahasa namun istilah metakognisi dan metakognitif tersebut sama-sama lazim digunakan sebagai salah satu bentuk pengetahuan dalam proses berpikir siswa, yang kaitannya dengan pengetahuan tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill).
Penjelasan mengenai pengertian metakognisi atau pengetahuan metakognitif ini terus berkembang. Hingga kini, setiap pengertian mengenai metakognisi selalu berkaitan dengan proses mental atau pengetahuan seseorang seperti kecerdasan, penalaran, kreativitas, ingatan, pemecahan masalah dan persepsi.
Bentuk Kemampuan Metakognisi dalam Proses Pembelajaran
Secara sederhana, jika kamu sebagai siswa ingin mengasah kemampuan metakognisi, maka kamu harus dapat bertanya kepada diri kamu sendiri.Â
Pertanyaan tersebut berkaitan dengan ilmu atau bidang pelajaran yang sedang kamu pelajari. Ada tiga bentuk pertanyaan yang dapat memantik metakognisi kamu.Â
Pertama, apa saja yang sudah kamu ketahui? Kedua, apa saja yang belum kamu ketahui? Dan ketiga, apa yang akan atau hendak kamu ketahui?
Ketiga bentuk pertanyaan tersebut merupakan alat bantu agar pikiran kamu "loading", dan mampu mengolah segala knowledge yang sudah ada di dalam pikiranmu. Sehingga kamu dapat membentuk pengetahuan baru yang lebih konkret.Â
Kebiasaan mempertanyakan dirimu dengan tiga bentuk pertanyaan tersebut dapat membuat kamu berpikir secara mandiri, kritis, dan evaluatif. Kamu juga akan efektif dalam belajar karena kamu sudah tahu apa yang sebaiknya kamu pelajari.
Sejumlah bentuk kemampuan metakognisi di antaranya yakni kemampuan berpikir kontekstual, kemampuan membandingkan, kemampuan membuat strategi, kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan, kemampuan mengontrol emosi, dan mengevaluasi pikiran diri sendiri.