Â
Suatu ketika, di lepas desa, nun jauh dari  kota.Â
" jadi cita-citamu apa Nak nanti kalau sudah besar?" Seorang  ayah bertanya kepada anaknya.
" masuk surga, Yah." Jawab si anak.
" Loh. Maksud ayah, seandainya saja nanti kamu udah dewasa dan siapa tahu jadi sarjana, Â kamu mau jadi apa, Nak?" Si ayah memperjelas.
"Tukang sapu jalan, Yah. "Jawab si anak dengan enteng.
 " Kamu kesurupan Nak? Kok..." Si ayah sebal.
" kata ibu, membersihkan itu mulia." Sambar si anak.
" Eee. Ya iya. Tapi kan tidak harus jadi tukang sapu Nak. Kamu tidak punya impian ? kepingin punya mobil gitu?" Si ayah kembali mencoba.
" Aku ingin tidak punya rasa ingin yah." Jawab anak seperti bukan anak-anak.
 "  nak, kamu.." si ayah bingung.
" kata ibu, keinginan bisa memperbudak manusia, " si  anak menyela.
 " Aduh. Maksud ayah. Kamu nanti kerja apa?kan kamu nanti perlu makan Nak, kalau sudah besar?" Tutur si ayah hampir putus asa.
" kata ibu, sawah kita banyak padinya, Yah." Anak menyahut.
 *nak, itu mau dijual buat kuliahmu nanti nak!* ucap ayah dalam hati.Â
Marendra Agung J.W.
 Oktober 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H