Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Multikultur dan Ketegangan yang Tak Perlu (Bedah Novel "Jalan Menikung" Karya Umar Kayam)

3 Juni 2018   23:33 Diperbarui: 4 Juni 2018   22:39 2373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel yang bisa dibilang sudah "lawas" (tahun 1998/1999) ini begitu berkesan bagi saya, bukan saja karena kebetulan novel Jalan Menikung karya Umar Kayam ini baru saja saya baca. Namun ada banyak alasan yang menyangkut intristik maupun ekstrinstik novel tersebut. Berikut ini kiranya yang dapat saya uraikan secara deskriptif tentang novel Jalan Menikung Karya Umar Kayam ( baca di: terbitan Grafiti, 2002 )

Menjadi "Aku" dalam Setiap Tokoh

 Saya baru menemukan penggunaan sudut pandang orang pertama yang multi tokoh dalam penulisan sebuah novel, dan novel itu adalah karya Umar Kayam. Pada novel Para Priyai Umar Kayam sebetulnya juga sudah menggunakan gaya serupa, menjadikan tokoh-tokoh sentral sebagai sudut pandang pada setiap bag cerita. 

Pada bagian I novel Jalan Menikung, yaitu Para Priyai tadi, tokoh-tokoh seperti Sastrodarsono, Nugroho, Lantip, Hardojo digunakan sebagai tokoh "aku" dalam tiap konteks yang berbeda. Sayangnya alur cerita yang maju-mundur membuat rumit proses membaca kedalaman cerita. Sedangkan dalam novel Jalan Menikung ini penggunaan sudut pandang "aku" pada tokoh yang beragam terasa jauh lebih nikmat. Mungkin karena alur yang konsisten.

Peleburan Umar Kayam sebagai subjek ( sudut pandang "aku" ) dalam tokoh Harimurti, Lantip, Eko, Tommy, Alan Bernsten, Sulistianingsih, Anna, Claire, begitu tenang dan berhasil menciptakan konteks suasana yang kental. Umar Kayam juga cukup berhati-hati, untuk kemudian menjaga jarak pada bab-bab cerita tertentu, misalnya pada bab perkawinan eko dan Claire, Umar Kayam lebih memilih menggunakan sudut pandang orang ketiga. Tapi bagi saya itu menarik, karena tafsir terhadap kesan "kemesaraan" antar tokoh satu sama lain menjadi terbuka. Separuh terkait dengan narasi, separuh lagi dibebaskan kepada pembaca.

" Claire cepat-cepat menarik Eko ke tempat tidur. Lampu segera dipadamkan dan mereka bersenggama sepuas dan selama yang mereka inginkan." ( Hlm 75.)

Ketegangan Politik

Kalau ada pertanyaan apa tema novel ini? Bagi saya cukup sulit untuk menjawabnya dengan terang, atau bisa jadi sangat mudah kalau saja menjawab dengan sekenanya. Karena novel dengan ketebalan yang sedang-sedang saja ini ( sekitar 180-an hlm) mengandung cerita dengan problematika sosial-kultural yang meluas. 

Cinta, budaya, politik, kekuasaan, feodalisme, agama, ketuhanan, KKN, dan lain sebagainya campur aduk dalam konflik-konflik yang beragam. Maka, saya lebih senang untuk membahasnya melalui konflik yang menyawai cerita Jalan Menikung ini.

Cerita novel ini diawali dengan pemecatan Harimurti dari tempat kerjanya, yaitu sebuah penerbitan di Jakarta yang ketakutan karena Harimurti ternyata memiliki unsur PKI yang ada pada sejarah hidupnya ( terlibat dalam HSI & Lekra ). Karena itu perusahaan tidak mau ambil risiko, Harimurti pun dipecat. Ketakutan tersebut ternyata juga dirasakan olehnya dengan meminta anaknya, Eko yang kuliah di Amerika untuk menunda pulang ke Indonesia.

 "Eko anak yang kami cintai dan banggakan, Bapak harap sesudah selesai kaubaca surat dari Bapak dan Ibu ini, kau sepenuhnya memahami dan dapat menerima dan menyetujui usul kami agar kau jangan pulang dulu. Berbahaya buat kamu dan seluruh keluarga , Nak.( Hlm, 24.)"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun